Pertanyaan Untuk Mu Wahai Sepi! - Bagi Template

Minggu, 15 Agustus 2004

Pertanyaan Untuk Mu Wahai Sepi!

Silahkan baca selengkapnya di-> Kompasiana 
Sepi, yaitu bab dari jiwaku dan juga bab dari mereka yang perasa.
Sepi menyeruak ketika saya tampak bangkit seorang diri ibarat berada ditengah-tengah luasnya  gurun pasir.
Sejauh mata memandang hanya terlihat hamparan pasir dan gunung-gunung kuning tanpa dihiasi pohon-pohon hijau.
Oh saya bagaikan insan yang terasing dari keramaian.

Dari kejauhan ku dengar desiran angin yang bernyanyi lirih,
Lalu ia mulai mendekat dan menghempaskan ribuan butir-butir pasir menutup jendela penglihatan.
Perih, Pedih itulah yang terasa, ketika tangan ini tak sempat membentengi terjangannya,
Bak orang-orang yang memandang dengan sebelah mata, tak berarti bahkan tak berguna.

Hampa, yaitu bab dari hatiku dan juga bab dari hati mereka yang merasa.
Ketika ketentraman dan kedamaian tak lagi sanggup dirasa, jauh pergi meninggalkan setiap keinginan,
Lalu memudarkan secercah impian yang tersisa kolam melintasi lisan gua yang gelap gulita.
Yang terdegar hanyalah bunyi tetesan air yang terjatuh menghujam bebatuan dari langit-langit yang bersarangkan hewan malam.

Aku ingin mengusir sepi supaya ia tak singgah kembali,
Tapi saya tak punya daya kekuatan untuk melakukannya seolah-olah ia lebih perkasa dari kehendakku.
Apakah benar hati dan pikiran itu selalu bertarung ? apakah mereka selalu bertentangan ?
Mungkinkah alasannya itu, sehingga sepi sanggup menelusup masuk diantara celah-celah keduanya kemudian menghasut dari salah satu diantara mereka ?

Dan saya jua masih tak mengerti ihwal kehadirannya,
Tiba-tiba ia tiba begitu saja tanpa pernah disadari.
Dikala saya sedang merasa senang, ia tiba tanpa permisi dalam waktu yang begitu cepat,
Sehingga sanggup menciptakan pikiranku terpecah belah dari suasana hati yang riang.

Mungkinkah dari sebait kata sanggup menghadirkan sepi ?
Ataukah alasannya rasa hati yang bosan sehingga ia terasa terpanggil kemudian hadir ?
Aku tak tahu cara untuk memadukan keduanya antara hati dan pikiran.
Aku tak mengerti menyelaraskannya dan saya pun tak bisa mendamaikannya.

Bila sepi itu tiba kemudian hampa ikut merasuk,
Semua yang ku lakukan seolah-olah tiada berkhasiat lagi, sia-sia semuanya.
Kecewa, amarah menghiasi dinding hati, pikiran tak lagi terang, suram dibuatnya.
Badan seakan lumpuh, melamun terpaku karenanya, kata-kata tak lagi bermakna.
Resah, resah kemudian bimbang.
Semestinya tiada kata terucap disaat begini.


Comments


EmoticonEmoticon

:)
:(
hihi
:-)
:D
=D
:-d
;(
;-(
@-)
:P
:o
:>)
(o)
:p
(p)
:-s
(m)
8-)
:-t
:-b
b-(
:-#
=p~
x-)
(k)
Notification
This is just an example, you can fill it later with your own note.
Done