Seni Rupa (Seni Lukis) - Bagi Template

Jumat, 19 Juni 2015

Seni Rupa (Seni Lukis)

Lukisan Pangeran Dipenogoro Karya Basuki Abdullah

A.Seni Lukis
Jika dilihat dari sisi teknis, lukisan merupakan penggunaan pigmen atau wama dengan memakai materi pelarut yang dibubuhkan di atas permukaan bidang dasar, contohnya pada kanvas, sebagai media untuk menghasilkan sensasi atau delusi ruang, tekstur, gerakan, untuk mengekspresikan banyak sekali makna atau nilai subjektif, baik yang bersifat emosional, intelektual, simbolik, relegius, dan lain sebagainya.

Seorang pakar seni lukis, Herbert Read menyampaikan bahwa seni lukis merupakan penggunaan garis, warna, tekstur, ruang dan bentuk, shape, pada suatu permukaan, yang bertujuan untuk membuat banyak sekali gambar, dan gambar-gambar tersebut sanggup merupakan hasil verbal dari ide-ide, emosi, dan pengalaman-pengalaman, yang dibuat sedemikian rupa sehingga tercapainya harmoni. Adapun pengalaman yang dituangkan dalam lukisan ialah pengalaman yang berisi keindahan atau pengalaman estetika.
Menurut seorang pakar seni lukis lain yang berjulukan Edmund Burke Feldman, peng-ekspresian itu memakai :
-Unsur-unsur visual, yang terdiri atas garis, warna, bentuk, tekstur dan ruang atau gelap terang
-Organisasi dari unsur-unsur tersebut, yang meliputi kesatuan, keseimbangan, irama dan perbandingan ukuran.

Seorang kritikus seni rupa berjulukan Dan Suwaryono mengemukakan bahwa seni lukis mempunyai dua faktor.
Faktor Ideoplastis: ide, pengalaman, pendapat, emosi, fantasi, dan lain-lain. Faktor ini lebih bersifat rohaniah sebagai dasar penciptaan seni lukis.
Faktor Fisioplastis: yang meliputi hal-hal yang menyangkut persoalan teknis, termasuk organisasi elemen-elemen visual menyerupai garis, ruang, warna tekstur, bentuk dengan prinsip-prinsipnya. Faktor ini lebih bersifat fisik dalam arti seni lukisnya itu sendiri.

Seni lukis merupakan wujud verbal yang harus dipandang secara utuh. Keutuhan wujud itu, terdiri atas pandangan gres dan organisasi elemen-elemen visual. Elemen-elemen visual tersebut disusun sedemikian rupa oleh seniman lukisan dalam bidang dua dimensi.
Pengertian seni lukis bahu-membahu meliputi ruang lingkup yang lebih luas dari sebuah definisi, alasannya seni lukis juga mempunyai bermacam-macam istilah, contohnya lukisan dinding, lukisan miniatur, lukisan puisi, lukisan jambangan, lukisan mozaik, lukisan potret, lukisan manuskrip, lukisan enamel, lukisan kaca, lukisan teknologi yang dibuat dengan memakai media elektronik, menyerupai komputer (vector art), dikerjakan dengan komputer, dan jadinya cukup realistis di bandingkan dengan lukisan ekspresionisme.

Jenis lukisan yang ukurannya lebih kecil dari lukisan dinding atau mural. Sejenis seni lukis yang lebih fleksibel, alasannya para seniman pelukis sanggup membawa pandangan gres dan gagasannya itu ke banyak sekali lokasi untuk melaksanakan karya melukis di alam bebas, di samping itu, sanggup pula digunakan berkarya di studio seni lukis.
Berikut ini disajikan beberapa hal-hal yang berkaitan dengan pengetahuan seni lukis.

2. Unsur Visual
a. Garis
Sebuah titik dalam ukuran kecil sudah punya tenaga yang cukup untuk merangsang mata dan sanggup berperan sebagai sebuah awal. Jika titik tersebut digerakkan, maka dimensi perpanjangnya akan jadi tampak lebih menonjol dan sosok yang ditimbulkannya disebut dengan garis. Garis sanggup berupa ukiran yang dibuat di permukaan sebuah bidang, akan tetapi garis sanggup juga mewakili sebuah tongkat, tiang bendera, kawat, pancaran sinar, sebilah tombak, ruang antara dua bangunan atau dinding, jalanan, sungai, kontur pegunungan, bangunan, kontur pegunungan, batas dinding dengan lantai, dan seterusnya.

Sebuah garis sanggup memperlihatkan kita kesan gerak, ide, atau simbol. Pada karya seni lukis, sebuah atau lebih garis sanggup mengekspresikan suasana emosi tertentu, contohnya perasaan bahagia, sedih, kacau, bingung, marah, teratur, dan lain sebagainya. Secara fisik garis sanggup kita buat tebal, tipis, kasar, halus, lurus, memanjang, pendek, putus-putus, melengkung, berombak, patah-patah dan banyak lagi. Unsur garis juga sanggup membangun membangkitkan kesan tertentu, contohnya garis horisontal kesannya tenang, tidak bergerak, dan lebar. Sementara garis vertikal berkesan agung, stabil, dan tinggi, sedangkan garis diagonal berkesan jatuh dan bergerak.

Garis merupakan salah satu elemen yang penting dalam seni lukis. Pedoman seni yang penting sebagaimana juga yang terdapat dalam hidup. Semakin nyata, tajam dan berpengaruh garisnya, maka makin tepat hasil seninya.
Garis sanggup diciptakan melalui
(1) kontur, garis paling luar dari benda yang dilukis,
(2) Batas pemisah antara dua warna atau cahaya terang dan gelap,
(3) lekukkan pada bidang melingkar atau memanjang lurus, dan
(4) batas antara dua tekstur yang berlainan.

Dalam Kebudayaan Timur, para seniman pelukis sangat terpesona oleh kekuatan garis, baik di India, Cina, Jepang, maupun Indonesia. Untuk memahami kekuatan garis dalam seni lukis, sanggup kita lihat bahwa lukisan Cina klasik bersifat grafis yang memperlihatkan kesan lembut, puitis, penuh irama yang terkendali, juga menjadikan imbas perasaan tenteram. Sebaliknya kalau kita lihat karya-karya dari Vincent van Gogh, ia banyak memakai garis pendek, patah-patah yang menjadikan imbas yang keras tegar sehingga menjadikan kesan ledakan dan pemberontakan. 

Di dunia Barat, sanggup kita lihat karya-karya dari Pablo Picasso, Henry Matisse, Paul Klee, Roul Dufi sebagian dari tokoh yang berpengaruh dalam garis. Jika garis digoreskan dengan jujur dan mengikuti kata batin, akan kita temukan identifikasi seseorang. Dengan garis sanggup lahir bentuk, tapi juga sanggup mengesankan suatu tekstur, nada dan nuansa, ruang dan volume, semua itu akan melahirkan suatu perwatakan.

Dari uraian di atas kiranya sanggup dimengerti, bahwa unsur garis dalam suatu lukisan sanggup dipergunakan sesuai dengan kebutuhan. Teknik penguasaan dan pengendalian garis dalam seni lukis memang harus memerlukan latihan yang intensif dan berkelanjutan sehingga talenta kita akan berkembang secara optimal.

b. Warna
Seperti yang pernah kita pelajari dalam ilmu fisika, warna ditimbulkan oleh sinar matahari, sinar matahari yang di arahkan ke sebuah beling prisma akan terurai menjadi beberapa sinar warna, yang disebut spektrum warna. Setiap spektrum mempunyai kekuatan gelombang tertentu yang kemudian hingga pada mata kita, sehingga kita sanggup melihat warna tertentu.

Secara fisik, ada dua jenis akseptor cahaya, yakni sebagai pemantul dan sebagai penyerap cahaya. Secara fisiologi, stimulasi cahaya memantulkan warna suatu objek sehingga sanggup merangsang prosedur mata kita, kemudian rangsangan tersebut disalurkan melalui syaraf optik ke otak, sehingga kita sanggup mengenali warna-warna itu.

Telah dibuktikan secara psikologis bahwa warna sanggup mensugesti acara fisik maupun mental orang yang melihatnya. Reaksi insan terhadap warna bersifat instingtif (kepekaan) dan perseorangan, karenanya sensitivitas setiap insan berbeda kepada warna-warna. Pada banyak sekali anutan seni lukis dalam sejarah seni rupa telah dikenal manifenstasi tata warna tertentu, contohnya bagan warna Rembrant, bagan warna klasik, dan lain sebagainya. 
Peran warna dalam seni lukis sangat esensial (populer), baik pada masa pra modern, masa modem, maupun masa posmodern.

Pada umumnya para seniman pelukis memanfaatkan warna untuk menyatakan gerak, jarak, ruang, bentuk, tegangan, deskripsi rupa alam, naturalisme, verbal atau makna simbolik. Untuk memahami lebih dalam wacana bagaimana tugas warna dalam seni lukis, berikut ini akan disajikan sifat warna, notasi warna, warna objek, pigment, yang seluruhnya sangat memilih kualitas penciptaan sebuah lukisan.

c. Sifat Warna
Dalam teori warna dikenal ada tiga sifat, yaitu: hue, value, dan saturation.
  • Hue merupakan tingkat kepekatan warna, contohnya merah, merah oranye, atau hijau, biru, biru keunguan dan seterusnya. 
  • Value merupakan fenomena kecemerlangan dan kesuraman warna. Nilai rendah memperlihatkan warna yang cenderung suram atau kegelapan, sementara nilai tinggi memperlihatkan kecenderungan warna yang terang dan cemerlang. Misalnya tanda-tanda demikian sanggup kita lihat pada skala derajat warna abu-abu dari hitam ke putih.
  • Saturation merupakan intensitas nada warna untuk memperlihatkan warna-warna menyala, dan warna-warna yang suram. Semakin murni penggunaan warna semakin tinggi intensitasnya, sebaliknya semakin tidak murni penggunaan warna mengakibatkan semakin rendah intensitasnya.
  • Intensitas Warna (Intensity) atau Kualitas Warna;   adalah merupakan tingkat kecerahan atau kemuraman warna. Warna yang cerah ialah warna yang mempunyai kecerahan sinar (spotlight) dan warna yang muram ialah warna yang kusam atau warna yang tidak berkesan memancarkan  sinar.
  • Kontras (Contras);  warna kontras ialah warna yang saling bertentangan atau bertolak belakang tingkat gelap terangnya.
  • Komplementer (Complement); warna komplementer ialah warna yang apabila dicampur antara dua warna akan menjadi gelap/kelabu/hitam kusam. Misalkan ; merah x hijau, biru x jingga, kuning x ungu
  • Monokrom (Monocrome); warna monokrom ialah warna yang masih sejenis atau masih sekeluarga. Warna monokrom contohnya ialah keluarga warna merah, maka terdiri dari warna : merah hitam, merah coklat, merah gelap, merah jernih (primer), merah muda, merah jambu, merah jambu muda, dan seterusnya.
  • Monoton (Monotone); warna monoton ialah warna yang mempunyai gelap terang yang senada. Contoh warna monoton ialah warna-warna gelap menyerupai coklat, hijau tua, biru tua, dan merah tua. Warna-warna terang menyerupai warna cream, kelabu, kuning gading, pink, biru laut, dan hijau pupus.
  • Analog (Warna berdekatan); warna analog ialah warna-warna yang tidak kontras dan komplementer, dan kalau dicampur menjadi warna yang bagus/matang. Contoh analog warna ialah warna biru berdekatan dengan warna merah/ungu/merah keunguan atau biru berdekatan dengan kuning/hijkau/hijau kekuningan.
  • Warna Hangat-Dingin (Colour Condition); warna hangat ialah warna yang mengandung warna merah/warna yang terang. Warna hambar ialah warna yang mengandung warna biru/putih atau redup.
Pada tahun 1940-an seni lukis Affandi memakai warna-wama suram atau kusam secara dominan,tapi  kemudian lukisannya berkembang kepenggunaan warna-wama cerah.
.
Arti warna sebagai simbolik yaitu :
Merah       : berani, semangat, gairah, cinta.
Orange      : kering, gersang, kebahagiaan, kegembiraan, ranum.
Kuning    : emas, kemuliaan, keagungan, kemewahan, biasa, cemburu, iri, benci, ragu-ragu, layu, gugur.
Hijau       : muda, pertumbuhan, perkembangan, harapan, sejuk,makmur, kemenangan.
Biru         : kesetiaan, kebenaran, kesungguhan,dalam, misteri.
Ungu       : kemewahan, kebesaran, murung cita.
Putih       : suci, kosong, bersih, lahir, tak berdosa, menyerahkan diri.
Hitam      : kegelapan, misteri, kematian, ketegasan, kewibawaan, kesungguhan, abadi.

d. Notasi Warna
Dalam pengertian seni lukis, notasi warna merupakan sistem penjabaran atau identifikasi warna berdasarkan sifat-sifatnya. Dalam konteks ini dikenal Sistem Munsell,  Sistem Plochere, Sistem Ostwald, dan Sistem Maxwell. Tatanan warna dalam the hues of the spectrum terdapat pada warna pelangi di alam.

Sedangkan dalam bulat warna, color circle, sanggup dilihat warna primer, merah, biru, dan kuning.
  • Warna skunder, ialah hijau, ungu, oranye, dimana ketiganya merupakan hasil pencampuran warna primer. 
  • Warna komplementer letaknya bertolak belakang pada bulat warna, contohnya merah dengan hijau, biru dengan oranye, serta kuning dengan ungu. Terang dan gelap diungkapkan dengan warna putih dan hitam. 
  • Sedangkan warna abu-abu merupakan warna netral. Jika hue ialah nilai kecerahan dan kecemerlangan warna, maka chrom ialah sifat kualitas, intensitas, dan kejernihan warna.
Menurut Brewster, warna secara umum sanggup digolongkan menjadi tiga kelompok utama antara lain sebagai berikut:
  1. Warna primer  adalah warna dasar atau warna pokok yang terdiri dari warna merah, biru, dan kuning. 
  2. Warna sekunder ialah warna hasil pencampuran seimbang dari warna primer satu dengan lainnya. Warna sekunder terdiri dari warna hijau, jingga, dan ungu 
  3. Warna tersier ialah warna hasil pencampuran warna-warna skunder, atau pencampuran warna primer dengan warna sekunder. Contoh warna sekunder ialah warna ungu kemerahan, ungu kebiru-biruan, hijau kebiru-biruan, hijau kekuning-kuningan, jingga kekuning-kuningan, jingga kemerah-merahan.
e. Warna-Warna Antara
Setelah warna primer, warna skunder, dan warna komplementer, dikenal pula warna-warna antara (intermediate color), pola warna-warna antara ini ialah merah oranye, merah ungu, biru ungu, hijau biru, kuning hijau, dan oranye kuning. Dalam teori warna, jumlah warna ada delapan puluh warna.

f. Warna Hangat dan Warna Sejuk
Dari bulat warna sanggup pula ditentukan warna hangat- panas dan warna sejuk-dingin, Warna yang memberi imbas kehangatan contohnya warna merah, oranye dan kuning, sedangkan warna hijau dan biru memperlihatkan imbas yang menyejukkan.

g. Warna Kromatik dan Akromatik
Warna kromatik (chromatic color), terdiri dan warna hitam, putih, dan abu-abu, selebihnya termasuk warna akromatik (achromatic color), menyerupai merah, hijau, biru, coklat, oranye dan seterusnya. Dalam seni lukis penggunaan warna tunggal sering diartikan sebagai warna kromatik, sementara penggunaan warna meriah yang memakai banyak warna, disebut polychromatic. 
Pengertian ini sanggup kita terjemahkan dari pengalaman keseharian, pada ketika kita mendekati warna api yang merah, kita tentu merasa hangat, dan kalau terlalu bersahabat kita sanggup kepanasan.

Sementara kalau seseorang berada di kawasan pegunungan yang hijau atau gunung yang kebiruan, ia akan mencicipi iklim yang sejuk. Asosiasi kita mengenai pengalaman kasatmata menyerupai itu mengakibatkan kita mengartikan sifat warna menjadi hangat-panas bagi warna merah, oranye dan kuning, sedangkan imbas menyejukkan atau hambar diberikan oleh warna hijau dan biru memberikan.

h. Warna Objek dan Warna Pigment
Warna objek merupakan warna yang terkena sinar warna spektrum, yang mengenai prosedur mata seorang pengamat ialah warna spektrum tersebut yang mempunyai panjang gelombang tertentu dan dipantulkan oleh objek pengamatan. Jika objeknya merah, maka warna spektrum merah dengan panjang gelombang merahlah yang diserap mata pengamat. 
Ini berarti pantulan warna tersebut ialah pantulan warna merah, sedangkan sisanya diserap oleh permukaan objek tersebut. Warna pigment yang berupa bubuk halus yang disatukan dengan zat pengikat merupakan warna cat yang dikenal luas, menyerupai cat air, cat poster, cat minyak, cat gouache, cat tempera, cat akrilik, dan lain sebagainya.

3. Ruang
Ruang merupakan suatu luasan dari suatu bidang atau permukaan. Dalam Design Elementer disebutkan bahwa ruang sanggup dikatakan bentuk dua atau tiga dimensional, bidang atau keluasan. Keluasan tersebut bersifat positif atau negatif yang dibatasi oleh limit. Berbeda dengan pengertian garis, ruang mempunyai 2 dimensi tambahan yaitu lebar dan dalam. 
Ruang mempunyai gerakan arah dan ciri umum menyerupai halnya: diagonal, horizontal, lurus, bergelombang, melengkung dan lain-lainnya. Untuk memperjelas hal tersebut, maka batasan utama yang paling sesuai untuk ruang ialah keleluasaan dari satu bidang atau permukaan yang mempunyai bentuk dua dimensional.

4. Tekstur
Pada umumnya pelukis memanfaatkan tekstur yang merupakan kualitas dari suatu permukaan, nilai kesan raba atau berkaitan dengan indra peraba. Suatu struktur penggambaran permukaan objek, menyerupai buah-buahan, batu, kain, kulit, rambut, barang elektronik, dan lain sebagainya. Tekstur sanggup kasar, halus, lunak, keras, berbutir, sanggup juga bernafsu atau licin, teratur, atau tidak beraturan, sesuai dengan kualitas yang akan diekspresikan sang pelukis.

Tekstur sanggup dibuat dengan cat yang dicampur dengan bahan-bahan lain di atas kanvas, menyerupai modeling paste, bubuk marmar, pasir, dan lain lain. Pada umumnya tekstur digunakan tidak untuk semata-mata dari segi teknis, tetapi juga mengacu kepada substansi lukisan, atau verbal lukisan. Jika nilai verbal merupakan unsur pokok lukisan, maka pemanfaatan tekstur sanggup menjadi pendukung nilai verbal itu sendiri.

Para pelukis sanggup memanfaatkan unsur tekstur untuk variasi, fokus atau kesatuan. Kesemuanya itu sanggup terjadi dengan kesengajaan yang dilakukan oleh pelukis, maupun alasannya sifat dari media itu sendiri yang digunakan ketika melukis. Dalam kaitannya dengan para pelukis formalis, maka fungsi tekstur sanggup berubah sebagai unsur yang berdiri sendiri, artinya tidak ada berkaitan dengan tujuan eksternal tertentu, bagi mereka penggarapan tekstur semata-mata untuk mencapai imbas estetis dalam kesatuan lukisan.

Jika seseorang mengamati permukaan suatu lukisan dan menerima kesan kasar, kemudian meraba lukisan tersebut dan ternyata benar-benar kasar. Atau sebaliknya kesan pengamatan memberi kesan halus, ketika diraba ternyata juga halus, maka jenis tekstur menyerupai itu disebut tekstur kasatmata (actual texture), alasannya antara hasil pengamatan dengan kenyataan mempunyai kualitas yang sama.

Jika seseorang menerima kesan bernafsu pada pengamatan permukaan objek lukisan, sementara hasil perabaannya sesungguhnya halus, atau kesan pengamatan halus dan kesan raba kasar, maka jenis tekstur menyerupai ini disebut tekstur semu (simulated texture atau synthetic texture), Karena antara hasil pengamatan dengan kenyataan sesungguhnya tidak sama tapi berbeda atau tidak nyata. Biasanya tekstur menyerupai ini dihasilkan dari imbas permainan warna, pola, nada, dan garis.

5. Bentuk
Semua karya seni rupa tentu mempunyai bentuk, apakah bentuk tersebut realistik atau abstrak, representasional atau non representasional, dirancang dengan cermat atau dihasilkan dengan spontan. Apapun jenis dan anutan seni lukis, semuanya merupakan pengorganisasian elemen rupa menjadi bentuk seni. Dalam teori seni, pemakaian istilah bentuk merupakan terjemahan dari bahasa Inggris "shape", sedangkan istilah wujud merupakan terjemahan dari "form".
Bentuk biasanya diartikan sebagai aspek visual, bagian-bagian yang tergabung menjadi satu yang disebut rupa atau wujud. Wujud mengandung pengertian yang khas dalam konteks seni rupa.

Bentuk dalam pengertian seni lukis mempunyai banyak segi, ada bentuk figuratif, bentuk semi figuratif dan bentuk non figuratif. Bentuk figuratif sanggup menghasilkan bentuk imitatif yaitu berupaya menggandakan segala bentuk perwujudan benda-benda alam (keindahan alam pegunungan, fauna, flora, pantai, kawasan pertanian, potret, dalam setting alamiahnya) atau bentuk-bentuk ciptaan insan (seperti pabrik, istana, kota, menara, pelabuhan, hotel, dan lain-lain) objek ini di lukis persis menyerupai keadaan aslinya. 
Karya-karya yang dihasilkan dengan sendirinya secara alami cenderung menjadi naturalisme atau realisme. Jika kehadirannya dipicu oleh kehidupan bawah sadar penciptaannya, maka sanggup pula membuat karya-karya surialisme menyerupai pada karya-karya Sudibio, Salvador Dali, atau Ivan Sagito.

Bentuk semi figuratif antara lain bentuk distorsif, bentuk yang telah dirubah dari bentuk asal menjadi bentuk yang lebih estetis sesuai dengan cita rasa penciptanya. Dengan gaya perseorangan yang khas sanggup dihasilkan dengan teknik pemanjangan, pemendekan, peninggian, pemiringan, dan perubahan-perubahan lain dari objek yang dilukis, semuanya ditujukan untuk maksud-maksud tertentu sebagai pengungkapan pengalaman seni perseorangan.

Juga dikenal bentuk geometris, teknik pelukisan yang menghadirkan bentuk-bentuk yang tertib, teratur, dengan pengulangan objek atau motif tertentu sesuai dengan kebutuhan. Bentuk dalam konteks ini sanggup dihasilkan dari analisis bentuk alam menjadi bentuk dasar dengan kebebasan yang bervariasi, menyerupai lukisan kubisme, optical art dan sejenisnya.

Karya yang dihasilkan sanggup semi figuratif, dan sanggup pula menjadi abnormal geometris, apabila bentuk lukisan tidak lagi menggambarkan bentuk-bentuk yang sanggup diamati dalam kehidupan keseharian. Jika pelukisan menjadi bidang warna yang datar dalam karya maka bentuk-bentuk yang dihasilkan menjadi neo plastisisme, menyerupai karya Piet Mondrian, atau color field painting, menyerupai karya Ellswort Kelly.

Sebaliknya kalau pelukisannya disertai unsur emosi maka akan menjadi abnormal ekspresionisme menyerupai karya Jackson Pollock. Atau kalau bentuk itu tidak berupaya mencapai imbas tiga dimensional disebut bentuk dekoratif, menyerupai lukisan-lukisan tradisional Bali, atau karya-karya Kartono Yudhokusumo, Mulyadi W. Batara Lubis dan lain-lain.

Sumber berguru : https://www.slideshare.net/MuhammadAmarRahman/ seni-budaya-bab-2-berkarya-seni-rupa
                          : https://www.slideshare.net/ladieska/k11-s1-bs-senbud 
                          : http://www.academia.edu/35447576/Unsur-unsur_Kreativitas
Comments


EmoticonEmoticon

:)
:(
hihi
:-)
:D
=D
:-d
;(
;-(
@-)
:P
:o
:>)
(o)
:p
(p)
:-s
(m)
8-)
:-t
:-b
b-(
:-#
=p~
x-)
(k)
Notification
This is just an example, you can fill it later with your own note.
Done