8 Macam Model Metode Sdlc (System Development Life Cycle) - Bagi Template

Selasa, 01 Maret 2016

8 Macam Model Metode Sdlc (System Development Life Cycle)

Nurhidayat.id - Selamat pagi sobat, kali ini saya akan membahas mengenai Pengembangan Sistem Teknologi Informasi Metode SDLC (System Development Life Cycle) pada metode sdlc ini ada 8 macam model yang saya akan bahas. 

SDLC (Systems Development Life Cycle ) merupakan siklus hidup pengembangan system.Metodologi-metodologi ini membentuk suatu kerangka kerja untuk perencanaan dan pengendalian pembuatan sistem informasi, yaitu proses pengembangan perangkat lunak. Metodologi-metodologi ini membentuk suatu kerangka kerja untuk perencanaan dan pengendalian pembuatan sistem informasi, yaitu proses pengembangan perangkat lunak.

Pengembangan SDLC yaitu proses yang dipakai oleh analis system untuk menyebarkan sistem informasi, termasuk persyaratan, validasi, pelatihan, dan pengguna (stakeholder) kepemilikan. Setiap SDLC harus menghasilkan sistem berkualitas tinggi yang memenuhi atau melampaui cita-cita pelanggan, mencapai penyelesaian dalam waktu dan asumsi biaya, bekerja secara efektif dan efisien di ketika ini dan direncanakanTeknologi Informasi infrastruktur, dan murah untuk mempertahankan dan biaya efektif. 

Pengembangan Sistem Teknologi Informasi Metode SDLC  8 Macam Model Metode SDLC (System Development Life Cycle)


Berikut Macam-Macam Model Metode SDLC

  1. Metode SDLC Waterfall
  2. Metode SDLC Spiral
  3. Metode SDLC Iterative
  4. Metode SDLC Fountain
  5. Metode SDLC Rapid Application Development (RAD)
  6. Metode SDLC Build and Fix
  7. Metode SDLC Syncronize and Stabilize
  8. Metode SDLC Extreme Programming

1.Metode SDLC Waterfall  

Waterfall apabila diartikan secara literature berarti air terjun. Namun demikian, bagi ilmu komputer dan juga teknologi informasi, waterfall merupaan salah satu jenis metode yang dipakai dalam melaksanakan sebuah pengembangan sistem.

Metode pengembangan sistem sendiri sanggup diartikan sebagai sebuah proses menyebarkan dan juga mengubah suatu sistem perangkat lunak atau software dengan memakai teknik teknik tertentu.

Pengembangan sistem dan juga perangkat lunak dari sebuah software komputer dilakukan secara sekuensial dan juga saling berurutan. Pada model pengembangan sistem metode waterfall, sebuah pengembangan sistem dilakukan berdasarkan urutan analisis, desain, pengkodean, pengujian, dan berakhir pada tahap supporting. Disebut sebagai metode waterfall dikarenakan tahapan dan juga urutan dari metode yang dilakukan merupakan jenis metode yang berurutan dan berkelanjutan, mirip layaknya sebuah air terjun.

Tahapan pada Metode Waterfall

Ada 5 tahapan yang harus dilewati oleh sebuah sistem dalam pengembangannya apabila memakai implementasi dari metode pengembangan waterfall. Berikut ini yaitu kelima tahapan yang harus dilewati oleh pengembangan sistem tersebut:

1 .Tahapan Analisis
Tahapan analisis mengacu pada fenomena dan juga permasalahan yang terjadi, dan mengapa sebuah aplikasi sangat penting untuk dibentuk dalam mengatasi masalah atau fenomena tersebut. Kemampuan analisis tidak tidak hanya dibebankan pada programmer saja, namun bisa juga dibebankan pada jago ekonomi dan juga sosial politik.

2. Tahapan Desain
Tahapan berikutnya yaitu pembuatan desain dari sebuah sistem. Dalam tahapan ini, tidak hanya desain interface sistemnya saja yang dkembangkan, namun juga dikembangkan desain dari alur sistem tersebut, hingga bagaimana satu sistem tersebut bisa bekerja, mulai dari tampilan awal, fungsi-fungsi tombol, hingga ioutput yang akan dihasilkan nantinya.

3.Tahapan Pengkodean
Pengkodean merupakan tahapan yang wajib dilakukan oleh mereka yang mengerti bahasa pemrograman, Untuk menjalankan desain sistem yang sudah dibuat, maka kemudian arahan dan juga script akan dimasukkan ke dalam desain sistem tersebut, sehingga nantinya desain dari sistem tersebut bisa berjalan dengan lancar dan juga baik.

4.Tahapan Pengujian
Setelah sistem selesai dilakukan pengkodean, maka sistem tersebut akan diuji sebelum dilemparkan ke dalam pasaran untuk dipakai oleh user. Dalam pengujian dilihat apakah sistem sanggup bekerja dengan baik, tampilan interface sesuai harapan, dan semua fungsinya bisa dipakai dengan baik dan lancar.


5.Implementasi Sistem (implementasi)

Tahap implementasi yaitu tahap dimana semua elemen dan acara sistem disatukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a.Menyiapkan Fasilitas Fisik
Fasilitas-fasilitas fisik yang disiapkan antara lain komputer dan peripheralnya, termasuk keamanan fisik untuk menjaga berlangsungnya peralatan dalam jangka waktu yang lama.

b.Menyiapkan Pemakai
Pemakai disiapkan dengan terlebih dahulu yaitu dengan menawarkan training secara prosedural maupun tutorial mengenai sistem informasi sesuai fungsi tugasnya. Tujuannya yaitu biar para pemakai mengerti dan mengusai operasi sistem dan cara kerja sistem serta apa saja yang diperoleh dari sistem.

c.Melakukan Simulasi
Kegiatan simulasi berupa pengujian sistem secara konkret yang melibatkan personil yang sesungguhnya.

6.Pemeliharaan Sistem (Maintenance)
Ada 3 alasan perlunya pemeliharaan sistem, yaitu:

a.Untuk membenarkan kesalahan atau kelemahan sistem yang tidak terdeteksi pada ketika pengujian.
b.Untuk membuat sistem up to date
c.Untuk meningkatkan kemampuan sistem

Kelebihan dan Kekurangan Metode Waterfall


Sebagai sebuah metode dalam menyebarkan sistem, tentu saja metode waterfall mempunyai beberapa kelemahan dan juga kelebihan. Berikut ini yaitu beberapa kelebihan dan juga kekurangan dari metode waterfall dalam menyebarkan sistem:

Kelebihan 
  • Memiliki proses yang urut, mulai dar analisa hingga support
  • Setiap proses memiliiki spesifikasinya sendiri, sehingga sebuah sistem sanggup dikembangkan sesuai dengan apa yang dikehendaki (tepat sasaran)
  • Setiap proses tidak sanggup saling tumpang tindih.


Kekurangan

  • Proses yang dilakukan cenderung panjang dan juga lama
  • Biaya penggunaan metode yang cenderung mahal
  • Membutuhkan banyak riset dan juga penelitian pendukung untuk menyebarkan sistem memakai metode waterfall


Contoh sistem yang cocok memakai metode waterfall.

Salah satu jenis sistem yang mungkin sangat cocok memakai metode waterfall sebagai metode pengembangannya yaitu sebuah sistem operasi komputer. Hal ini disebabkan lantaran sistem operasi komputer mempunyai fungsi yang sangat kompleks, sehingga dalam pengembangannya membutuhkan analisa yang penuh mengenai kebutuhan user akan sistem operasi, hingga fitur-fitur penting yang harus dimiliki oleh sistem operasi tersebut.

Semakin baik proses riset dan analisa yang dilakukan, maka hal ini akan membuat fungsi sebuah sistem operasi komputer menjadi lebih kompleks, eksklusif, dan juga sangat bermacam-macam dan banyak dipakai oleh user. Selain itu, sistem operasi juga sangat membutuhkan supporting, yang dilakukan dengan cara update terjadwal dari sistem operasi tersebut.

2. Metode SDLC Spiral

Pada artikel kali ini saya akan melanjutkan postingan wacana salah satu metode pengembangan perangkat lunak yaitu metode PRL SPIRAL. Model ini mengadaptasi dua model perangkat lunak yang ada yaitu model prototyping dengan pengulangannya dan model waterfall dengan pengendalian dan sistematikanya.  Model ini dikenal dengan sebutan Spiral Boehm. Pengembang dalam model ini memadupadankan beberapa model umum tersebut untuk menghasilkan produk khusus atau untuk menjawab persoalan-persoalan tertentu selama proses pengerjaan proyek.

Model spiral (spiral model) yaitu model proses software yang evolusioner yang merangkai sifat iteratif dari prototipe dengan cara kontrol dan aspek sistematis dari model sekuensial linier. Model ini berpotensi untuk pengembangan versi pertambahan software secara cepat. Di dalam model spiral, software dikembangkan di dalam suatu deretan pertambahan. Selama awal iterasi, rilis inkremental bisa merupakan sebuah model atau prototipe kertas. Selama iterasi berikutnya, bertahap dihasilkan versi sistem rekayasa yang lebih lengkap.

Model spiral dibagi menjadi sejumlah aktifitas kerangka kerja, disebut juga wilayah tugas, di antara tiga hingga enam wilayah tugas. Tahap-tahap model tersebut sanggup dijelaskan secara ringkas sebagai berikut.

1.Tahap Liason: pada tahap ini membangun komunikasi yang efektif di antara pengembangan dan pelanggan.

2.Tahap Planning (perencanaan): pada tahap ini ditentukan sumber-sumber informasi, batas waktu dan informasi-informasi yang sanggup menjelaskan proyek.

3.Tahap Analisis Resiko: mendefinisikan resiko, memilih apa saja yang menjadi resiko baik teknis maupun manajemen.

4.Tahap Rekayasa (engineering): pembuatan prototipe atau pembangunan satu atau lebih representasi dari aplikasi tersebut.

5.Tahap Konstruksi dan Pelepasan (release): pada tahap ini dilakukan pembangunan perangkat lunak yang dimaksud, diuji, diinstal dan diberikan sokongan-sokongan suplemen untuk keberhasilan proyek.

6.Tahap Evaluasi: Pelanggan/pemakai/pengguna biasanya menawarkan masukan berdasarkan hasil yang didapat dari tahap engineering dan instalasi.
Dalam pengembangan sistem informasi berbasis web, model ini dipakai untuk menuntaskan sistem secara global terlebih dahulu, kemudian untuk feature dari sistem akan dikembangkan kemudian. Dengan ini mempercepat dalam pengimplementasian project dan hal ini cocok dipakai dalam sistem informasi Web.

Kelebihan Metode Spiral

1.Sangat mempertimbangkan resiko kemungkinan munculnya kesalahan sehingga sangat sanggup mendapatkan amanah untuk pengembangan perangkat lunak skala besar.
2.Pendekatan model ini dilakukan melalui tahapan-tahapan yang sangat baik dengan menggabungkan model waterfall ditambah dengan pengulangan-pengulangan sehingga lebih realistis untuk mencerminkan keadaan sebenarnya.
3. Baik pengembang maupun pemakai sanggup cepat mengetahui letak kekurangan dan kesalahan dari sistem lantaran proses-prosesnya sanggup diamati dengan baik.

Kekurangan Metode Spiral

1.Waktu yang dibutuhkan untuk menyebarkan perangkat lunak cukup panjang demikian juga biaya yang besar.

2.Sangat tergantung kepada tenaga jago yang sanggup memperkirakan resiko.
Terdapat pula kesulitan untuk mengontrol proses. Sampai ketika ini, lantaran masih relatif baru, belum ada bukti apakah metode ini cukup handal untuk diterapkan.
Meyakinkan konsumen (khusunya dalam situasi kontrak) bahwa pendekatan evolusioner bisa dikontrol.

Model Boehm/Spiral sangat cocok diterapkan untuk pengembangan sistem dan perangkat lunak skala besar di mana pengembang dan pemakai sanggup lebih gampang memahami kondisi pada setiap tahapan dan bereaksi terhadap kemungkinan terjadinya kesalahan. Selain itu, diharapkan juga waktu dan dana yang tersedia cukup memadai.

3.  Metode SDLC Iterative Model (Pengulangan)

Metode yang merupakan pengembangan dari prototyping model dan dipakai ketika requirement dari software akan terus berkembang dalam tahapan-tahapan pengembangan aplikasi tersebut. Sedikit pengertian wacana requirement software dari
developer yang diterapkan pada tahap pertama iterasi, akan mendapatkan jawaban dari user. Ketika requirement menjadi jelas, tahapan iterasi selanjutnya akan dilaksanakan.

Beberapa tipe dari Iterative Model di antaranya :

a. Spiral Model
Dikembangkan dari sifat iterative prototyping model dan sifat linier waterfall model. Merupakan model yang ideal bagi software yang mempunyai bermacam jenis.
Dalam tiap iterasinya, proses software development mengikuti tahap-tahap fase linier, dan dalam final tiap fasenya, user mengevaluasi software tesrebut dan menawarkan feed back. Proses iterasi berlangsung terus dalam pengembangan software tersebut.

b. Win Win Spiral Model
Dalam win win spiral model yang merupakan ekstensi dari spiral model, tim pengembang dan pelanggan akan melaksanakan diskusi dan perundingan terhadap requirement-nya. Disebut win win lantaran merupakan situasi kemenangan antara tim pengembang dan pelanggan. Yang membedakan antara win win spiral model dan spiral model yaitu sehabis selesai mendapatkan feed back dari pelanggan, tim pengembang aplikasi dan pelanggan akan kembali melaksanakan perundingan untuk perkembangan aplikasi tersebut.

c. Component Based Development Model
Dalam metode component based development ini, menitik beratkan pada penggunaan kembali dari komponen-komponen yang dibangun dalam sebuah aplikasi. Komponen di sini, sanggup berupa fungsi tertentu atau sebuah kelompok yang berhubungan
dengan fungsi tertentu.

4. Metode SDLC Fountain (Air Mancur)

Model Fontain merupakan perbaikan logis dari model waterfall, langkah langkah dan urutan prosedurnya pun masih sama. Namun pada model Fountain ini kita sanggup mendahulukan sebuah step ataupun melewati step tersebut, akan tetapi ada yang tidak bisa anda lewati stepnya mirip kita memerlukan design sebelum melaksanakan coding bila itu di lewati maka akan ada tumpang tindih dalam siklus SDLC.

Langkah – Langkah dalam Model Fountain:

  • User requirements analysis ( Analisis Kebutuhan Pengguna), disini kita sebagai programmer dalam menyebarkan sistem harus menganalisa kebutuhan terhadap pengguna baik itu dalam cara penggunaan yang gampang maupun efisiensi terhadap sistem yang pengguna butuhkan.
  • User requirements specifications (Spesifikasi kebutuhan pengguna), dalam tahap ini kita harus tahu apa saja yang dibutuhkan pengguna dalam sistem yang sedang kita kembangkan.
  • Software requirements specifications (Spesifikasi persyaratan perangkat lunak), dalam tahap ini kita harus menyesuaikan software yang kita buat bila di lihat dari sisi pengguna. Jika pengguna awam tentunya kita harus membuat Software yang gampang digunakan.
  • Systems/broad design (logical design), sebelum pengimplementasi dalam coding kita harus mendesain sistem yang akan kita buat / kembangkan.
  • Program/detailed design (physical design), dalam tahap ini kita membuat desain yang mendekati fisik atau secara deail.
  • Implementation/coding, sehabis tahap desain barulah kita mengimplementasikan dalam coding
  • Program testing: units, dalam tahap ini kita testing / cek kembali unit nit yang dibutuhkan dalam sistem yang sedang kita kembangkan .
  • Program testing: system, dalam tahap ini kita test kembali sistem yang telah kita buat.
  • Program use, dalam tahap ini kita ajarkan ke pengguna acara yang telah kita buat.
  • Software maintenance, sehabis sistem di pasang maka tentunya kita harus rutin mengupdate software / sistem yang telah kita buat biar terhindar dari kesalaha / bugs.

5. Metode SDLC Rapid Application Development (RAD)

Rapid Application Development (RAD) yaitu taktik siklus hidup yang ditujukan untuk menyediakan pengembangan yang jauh lebih cepat dan mendapatkan hasil dengan kualitas yang lebih baik dibandingkan dengan hasil yang dicapai melalui siklus tradisional (McLeod, 2002). RAD merupakan campuran dari bermacam-macam teknik terstruktur dengan teknik prototyping dan teknik pengembangan joint application untuk mempercepat pengembangan sistem/aplikasi (Bentley, 2004). Dari definisi-definisi konsep RAD ini, sanggup dilihat bahwa pengembangan aplikasi dengan memakai metode RAD ini sanggup dilakukan dalam waktu yang relatif lebih cepat.

Fase dan Tahapan Pengembangan Aplikasi

Menurut Kendall (2010), terdapat tiga fase dalam RAD yang melibatkan penganalisis dan pengguna dalam tahap penilaian, perancangan, dan penerapan. Adapun ketiga fase tersebut yaitu requirements planning (perencanaan syarat-syarat), RAD design workshop (workshop desain RAD), dan implementation (implementasi). Sesuai dengan metodologi RAD berdasarkan Kendall (2010), berikut ini yaitu tahap-tahap pengembangan aplikasi dari tiap-tiap fase pengembangan aplikasi.

1) Requirements Planning (Perencanaan Syarat-Syarat)

Dalam fase ini, pengguna dan penganalisis bertemu untuk mengidentifikasikan tujuan-tujuan aplikasi atau sistem serta untuk megidentifikasikan syarat-syarat informasi yang ditimbulkan dari tujuan-tujuan tersebut. Orientasi dalam fase ini yaitu menuntaskan masalah-masalah perusahaan. Meskipun teknologi informasi dan sistem bisa mengarahkan sebagian dari sistem yang diajukan, fokusnya akan selalu tetap pada upaya pencapaian tujuan-tujuan perusahaan (Kendall, 2010).

2) RAD Design Workshop (Workshop Desain RAD)

Fase ini yaitu fase untuk merancang dan memperbaiki yang bisa digambarkan sebagai workshop. Penganalisis dan dan pemrogram sanggup bekerja membangun dan memperlihatkan representasi visual desain dan pola kerja kepada pengguna. Workshop desain ini sanggup dilakukan selama beberapa hari tergantung dari ukuran aplikasi yang akan dikembangkan. Selama workshop desain RAD, pengguna merespon prototipe yang ada dan penganalisis memperbaiki modul-modul yang dirancang berdasarkan respon pengguna. Apabila sorang pengembangnya merupakan pengembang atau pengguna yang berpengalaman, Kendall menilai bahwa perjuangan kreatif ini sanggup mendorong pengembangan hingga pada tingkat terakselerasi (Kendall, 2010).

3) Implementation (Implementasi)

Pada fase implementasi ini, penganalisis bekerja dengan para pengguna secara intens selama workshop dan merancang aspek-aspek bisnis dan nonteknis perusahaan. Segera sehabis aspek-aspek ini disetujui dan sistem-sistem dibangun dan disaring, sistem-sistem gres atau belahan dari sistem diujicoba dan kemudian diperkenalkan kepada organisasi (Kendall, 2010).

Kelebihan dan Kekurangan RAD

Metode pengembangan sistem RAD relatif lebih sesuai dengan planning pengembangan aplikasi yang tidak mempunyai ruang lingkup yang besar dan akan dikembangkan oleh tim yang kecil. Namun, RAD pun mempunyai kelebihan dan kekurangannya sebagai sebuah metodoligi pengembangan aplikasi. 

Berikut ini yaitu kelebihan metodologi RAD menurut Marakas (2006):

  • Penghematan waktu dalam keseluruhan fase projek sanggup dicapai.
  • RAD mengurangi seluruh kebutuhan yang berkaitan dengan biaya projek dan sumberdaya manusia.
  • RAD sangat membantu pengembangan aplikasi yang berfokus pada waktu penyelesaian projek.
  • Perubahan desain sistem sanggup lebih besar lengan berkuasa dengan cepat dibandingkan dengan pendekatan SDLC tradisional.
  • Sudut pandang user disajikan dalam sistem final baik melalui fungsi-fungsi sistem atau antarmuka pengguna.
  • RAD membuat rasa kepemilikan yang kuat di antara seluruh pemangku kebijakan projek.

Sedangkan, mengacu pada pendapat Kendall (2010), maka sanggup diketahui bahwa kekurangan penerapan metode RAD yaitu sebagai berikut:

  • Dengan metode RAD, penganalisis berusaha mepercepat projek dengan terburu-buru.
  • Kelemahan yang berkaitan dengan waktu dan perhatian terhadap detail. Aplikasi sanggup diselesaikan secara lebih cepat, tetapi tidak bisa mengarahkan pementingan terhadap permasalahan-permasalahan perusahaan yang seharusnya diarahkan.
  • RAD menyulitkan programmer yang tidak berpengalaman memakai prangkat ini di mana programmer dan analyst dituntut untuk menguasai kemampuan-kemampuan gres sementara pada ketika yang sama mereka harus bekerja menyebarkan sistem.

6. Metode SDLC Build and Fix metode

Build & Fix Method merupakan metode yang paling lemah diantara metode SDLC yang lain tetapi menjadi pola pengembangan untuk metode SDLC yang lain. Build & fix bertujuan untuk menawarkan kepercayaan terhadap pelanggan dengan cara menawarkan pelayanan perbaikan dan perawatan secara terus menerus terhadap produk yang dipakai oleh user.

Langkah – Langkah dalam Build & Fix Method:

  • Functional Desain, dalam tahap ini seorang developer membuat perancangan fungsi terhadap sistem yang akan dibuatnya.
  • Technical Desain, dalam tahap ini seorang developer membuat perancangan teknis terhadap sistem yang akan dibu   Implementation, dalam tahap ini developer melaksanakan dan membuat produk berdasarkan planning rancangan design yang telah ditetapkan sebelumnya.
  • Deployment, dalam fase ini developer meluncurkan / memasarkan.
  • Usage, Dalam fase ini user / konsumen diibaratkan sebagai user sekaligus tester yang bila ada kekurangan dalam sistem sanggup di report ke developer.
  • Problem, Adalah masalah atau kekurangan dalam sistem.
  • Bug Report, yaitu tindakan melaporkan bug / kekurangan dalam sistem.
  • Vendor Evaluation, dalam tahap ini Developer melaksanakan pengecekan atau penilaian terhadap sistem yang telah dibuat.
  • Fix, yaitu tindakan memperbaiki sistem yang mempunyai kerusakan (bug) Upgrade, yaitu proses memperbaharui atau memperbaiki sistem yang rusak

7. Metode SDLC Syncronize and Stabilize

Model ini yaitu model yang dipakai oleh Microsoft.  Secara garis besar, Model Synchronize and Stabilize ini sama dengan model incremental, tetapi oleh CUsamano dan Selby tahun 1997 menyebutnya sebagai model Syncronize and Stabilized Model lantaran ada beberapa proses administrasi yang ditekannya oleh microsoft.

Analisis kebutuhan dilakukan dengan wawancara dengan sejumlah konsumen yang potensial.  Kemudian kebutuhan-kebutuhan tersebut dibentuk paket dan disusun daftar secara prioritas.  Kemudian spesifikasi ditulis.  Selanjutnya pekerjaan dibagi dalam tiga atau empat belahan pembangunan software.  Bagian pertama menangani hal-hal yang paling kritis, belahan selanjutnya menangani hal-hal yang krisis selanjutnya, dan seterusnya.

Pada akhirnya, setiap hari dilakukan proses sinkronisasi, yaitu menggabungkan bagian-bagian yang terpisah tersebut kemudian ditesting.  Proses stabilisasi dilakukan pada final pembangunan setiap bagian.  Kesalahan yang terjadi akan diperbaiki, dan tidak akan ada perubahan spesifikasi.

  • Proses tim Synchronize-and-Stabilize sanggup dirangkum sebagai berikut:
  • Berorientasi kepada fitur
  • Synchronize (pengembangan harian) and Stabilize (perbaikan kesalahan di setiap milestone)
  • Product Managers menyebarkan vision statement dan fitur yang sesuai dengan keinginan customer.
  • Program Managers menyebarkan fungsional spesifikasi berdasarkan vision statement.
  • Program Managers membuat jadwal dan tim fitur paralel antara 3-8 pengembang dan penguji berdasarkan fungsional spesifikasi.
  • Anggota tim sanggup bekerja secara mandiri, sehingga sanggup menghasilkan kreativitas dan kebebasan di dalam sebuah project.
Fase perencanaan (3-12 bulan, tergantung besarnya suatu project)
  • vision statement
  • specification
  • schedule and feature team formation

Fase Pengembangan (6-12 bulan)
  • subproject I: krusial 1/3 fitur, milestone release I
  • subproject II: 1/3 fitur, milestone release II
  • subproject III: final 1/3 fitur, milestone release III — code complete

Fase Stabilization (3-8 bulan)
  • Internal testing
  • External testing di belahan “beta tester”
  • Siap untuk diluncurkan, dimana terdapat “golden master” dan dokumentasi.

Keuntungan memakai metode Synchronize and Stabilize

Pendekatan synchronize and stabilize mempunyai beberapa laba bagi para manajer dan engineer dalam menyebarkan suatu produk.

Membagi produk yang besar ke dalam bagian-bagian yang lebih kecil (prioritas dari fitur produk yang mempunyai tim fitur kecil sanggup dibentuk dalam beberapa bulan)
Membuat project bekerja secara sistematis meskipun mereka tidak sanggup menggambarkan dan menuntaskan suatu produk di awal project.
Mengijinkan tim besar bekerja menjadi tim yang lebih kecil dengan membagi sebuah tim menjadi beberapa bagian, bekerja secara paralel tetapi tetap sanggup berkesinambungan dalam men synchronizing setiap perubahan, stabilizing produk dan menemukan serta memperbaiki kesalahan.
Memfasilitasi masukkan dari customer, fitur produk dan waktu pengembangan yang pendek, yang didukung oleh mekanisme masukkan customer, prioritas, menuntaskan dahulu belahan yang sangat penting dan melaksanakan perubahan tanpa harus mengurangi fitur yang diperlukan.

8.Metode SDLC Extreme Programming


Extreme Programming (XP) merupakan suatu pendekatan yang paling banyak dipakai untuk pengembangan perangkat lunak cepat. Alasan memakai metode  Extreme Programming (XP) lantaran sifat dari aplikasi yang di kembangkan dengan cepat melalui tahapan-tahapan yang ada mencakup : Planning/Perencanaan, Design/Perancangan, Coding/Pengkodean dan Testing/Pengujian. (Pressman, 2012:88). Adapun  tahapan pada Extreme Programming sanggup di jelaskan sebagai berikut:



1)  Planning/Perencanaan



Pada tahap perencanaan ini dimulai dari pengumpulan kebutuhan yang membantu tim teknikal untuk memahami konteks bisnis dari sebuah aplikasi. Selain itu pada tahap ini juga mendefinisikan output yang akan dihasilkan, fitur yang dimiliki oleh aplikasi dan fungsi dari aplikasi yang dikembangkan.

2) Design/Perancangan

Metode ini menekankan desain aplikasi yang sederhana, untuk mendesain aplikasi sanggup memakai Class-Responsibility-Collaborator (CRC) cards yang mengidentifikasi dan mengatur class pada object-oriented.

3) Coding/Pengkodean

Konsep utama dari tahapan pengkodean pada extreme programming yaitu pair programming, melibatkan lebih dari satu orang untuk menyusun kode.

4)Pengujian

Pada tahapan ini lebih fokus pada pengujian fitur dan fungsionalitas dari aplikasi.

Extreme Programming sempurna untuk dipergunakan untuk pembuatan acara yang:
  • Membutuhkan perubahan yang cepat (misalnya: Game Mobile)
  • Proyek beresiko tinggi dengan tantangan yang berat
  • Tim programmer sedikit, yaitu sekitar 2–10 orang
  • Adanya undangan dari pelanggan secara langsung
Keuntungan Extreme Programming

  • Meningkatkan kepuasan kepada klien
  • Pembangunan system dibentuk lebih cepat
  • Menjalin komunikasi yang baik dengan client.
  • Meningkatkan komunikasi dan sifat saling menghargai antar developer.
Kekurangan Extreme Programming

Cerita-cerita yang memperlihatkan requirements dari pelanggan kemungkinan besar tidak lengkap sehingga Developer harus selalu siap dengan perubahan lantaran perubahan akan selalu diterima.
Tidak bisa membuat arahan yang detail di awal (prinsip simplicity dan juga usulan untuk melaksanakan apa yang dibutuhkan hari itu juga).
XP tidak mempunyai dokumentasi formal yang dibentuk selama pengembangan. Satu-satunya dokumentasi yaitu dokumentasi awal yang dilakukan oleh user.

Demikian artikel pada kali ini wacana 8 Macam Model Metode SDLC (Sistem Development Life Cycle) Semoga sanggup membantu para pembaca.



Sumber https://www.nurhidayat.id/
Comments


EmoticonEmoticon

Notification
This is just an example, you can fill it later with your own note.
Done