Minggu kemarin, perjalanan yang sudah usang direncanakan balasannya tercapai juga. Berniat untuk menjenguk istri yang sedang melanjutkan kuliahnya di UGM. Memesan tiket kereta Malioboro Ekspres seminggu sebelumnya, jum'at siang (22/11/13) perjalanan ke Jogja pun dimulai. Setidaknya membutuhkan waktu lima jama dari stasiun Blitar Kota untuk hingga di stasiun Tugu Jogja dengan kereta yang hanya berhenti di stasiun-stasiun besar ini. Perjalanan naik kereta kini lebih tertib, bersih, dan nyaman, tidak menyerupai dulu penuh sesak, berseliweran pedangang asongan.
Berbeda dengan planning awal, ternyata ibu kosnya tidak memperbolehkan untuk membawa orang lain untuk menginap, walau itu suaminya sendiri. Padahal dulu katanya boleh. Akhirnya, perjalanan ke Jogja ini jadi menyerupai wisata ala backpacker, menyerupai yang dibayangkan ketika menunggu kereta di stasiun. Jam menandakan pukul 15.20 hingga aku di stasiun Tugu dijemput istri dengan motornya dan berlanjut dengan keliling mencari penginapan. Mau bagaimana lagi coba, aku sudah terlanjur memesan tiket pulang hari ahad malam. Berniat lebih usang di Jogja semoga dapat melepas rindu dan tentu jalan-jalan menikmati tempat wisata di Jogja. Akhirnya ketemu juga penginapan yang tidak mengecewakan murah di salah satu gang di jalan Malioboro.
Penginapan kita tidak jauh dari Malioboro yang merupakan ikon Jogja, jadinya tiap malam dapat jalan-jalan di sepanjang jalan Malioboro. Malam itu malam sabtu dan malam minggu, jadi dapat dibayangkan ramainya, cuma sekedar jalan-jalan melihat keramaian orang jualan dan orang-orang yang sedang belanja. Bukan hanya itu, pagi sudah jalan-jalan sambil menikmati kuliner pagi yang ada di Malioboro, menyerupai gudeg. Barang-barang yang dijual di sini tidak mengecewakan murah, malam terakhir sempat membeli buah tangan di sini, bakpia patok dan kaos untuk keponakan.
Hari pertama, tempat wisata yang akan kita kunjungi yaitu yang lokasinya tidak mengecewakan jauh. Pagi-pagi sesudah sarapan gudeg mulailah perjalanan ke candi hindu terbesar, Candi Prambanan. Dengan adanya motor sangat membantu, kita dapat ke lokasi dengan mudah. Tidak ada satu jam sampailah di komplek Candi Prambanan. Tiket masuk Rp 30.000 per orang. Ini yaitu kunjungan pertama kita ke Candi Prambanan yang dikenal juga dengan Candi Roro Jongrang. Karena hari itu tamat pekan, pengujungnya tidak mengecewakan banyak. Cukup usang di sini, sekitar tiga jam. Menikmati peninggalan mahakarya pada jamannya. Setelah dirasa sudah cukup puas, menjelang siang kita tinggalkan Candi Prambanan.


Terbesit dalam pikiran kita, sudah hingga Solo masak kita cuma ke Prambanan saja, kan di sini banyak tempat wisata di Jogja. DI parkiran, bertanyalah kita ke ibu penjaga. "Tempat wisata di bersahabat sini apa ya bu yang dapat kita kunjungi? Kurang lebih menyerupai itulah pertanyaannya. Di tunjukkanlah Pantai di Wonosari, katanya tidak terlalu jauh sesudah pegunungan kita dapat menemukan banyak pantai.
Akhirnya, siang itu aku pacu motor untuk menuju ke Wonosari, hingga dirasa sudah jauh belum juga menemukan gejala mengarah ke Pantai. Terus saja menyusuri jalan naik turun hingga masuk Kabupaten Gunung Kidul. Berhenti di salah satu SPBU, sholat dan mengisi bensin, ternyata untuk menuju Pantai yang diinginkan masih 45 km lagi. Padahal sebelumnya sudah jalan satu jam lebih. Kalau dipaksakan, dapat pulang malam. Saya putuskan saja balik. "Kita ke teladas Sri Gethok saja, yang tadi penunjuk arahnya kita lewati" ajak istri. Setelah kembali tidak cukup jauh, di pertingaan kita belok menuju tempat wisata Air Terjun Sri Gethok.
Tempatnya masih belum begitu ramai yaitu di pedesaan, jalannya saja ada yang belum diaspal. Air terjun ini ada di kawasan Gunung Kidul. Untuk menuju ke air terjunnya dapat jalan kaki atau naik perahu. Bagi yang tidak mau keluar uang, sudah dibuatkan jalannya. Waktu itu kita jalan kaki, tidak terlalu jauh sih dari tempat parkir, tapi jalannya khas pegunungan, menurun dan ketika pulang naik. Tempat ini ramai dengan muda-mudi, anak kuliahan yang mencari hiburan. Air terjunnya tidak terlalu tinggi, sekitar 10an meter. Sore balasannya kita pulang, hingga penginapan menjelang maghrib.
Sumber https://www.kurniasepta.com/

Penginapan kita tidak jauh dari Malioboro yang merupakan ikon Jogja, jadinya tiap malam dapat jalan-jalan di sepanjang jalan Malioboro. Malam itu malam sabtu dan malam minggu, jadi dapat dibayangkan ramainya, cuma sekedar jalan-jalan melihat keramaian orang jualan dan orang-orang yang sedang belanja. Bukan hanya itu, pagi sudah jalan-jalan sambil menikmati kuliner pagi yang ada di Malioboro, menyerupai gudeg. Barang-barang yang dijual di sini tidak mengecewakan murah, malam terakhir sempat membeli buah tangan di sini, bakpia patok dan kaos untuk keponakan.
Hari pertama, tempat wisata yang akan kita kunjungi yaitu yang lokasinya tidak mengecewakan jauh. Pagi-pagi sesudah sarapan gudeg mulailah perjalanan ke candi hindu terbesar, Candi Prambanan. Dengan adanya motor sangat membantu, kita dapat ke lokasi dengan mudah. Tidak ada satu jam sampailah di komplek Candi Prambanan. Tiket masuk Rp 30.000 per orang. Ini yaitu kunjungan pertama kita ke Candi Prambanan yang dikenal juga dengan Candi Roro Jongrang. Karena hari itu tamat pekan, pengujungnya tidak mengecewakan banyak. Cukup usang di sini, sekitar tiga jam. Menikmati peninggalan mahakarya pada jamannya. Setelah dirasa sudah cukup puas, menjelang siang kita tinggalkan Candi Prambanan.


Terbesit dalam pikiran kita, sudah hingga Solo masak kita cuma ke Prambanan saja, kan di sini banyak tempat wisata di Jogja. DI parkiran, bertanyalah kita ke ibu penjaga. "Tempat wisata di bersahabat sini apa ya bu yang dapat kita kunjungi? Kurang lebih menyerupai itulah pertanyaannya. Di tunjukkanlah Pantai di Wonosari, katanya tidak terlalu jauh sesudah pegunungan kita dapat menemukan banyak pantai.
Akhirnya, siang itu aku pacu motor untuk menuju ke Wonosari, hingga dirasa sudah jauh belum juga menemukan gejala mengarah ke Pantai. Terus saja menyusuri jalan naik turun hingga masuk Kabupaten Gunung Kidul. Berhenti di salah satu SPBU, sholat dan mengisi bensin, ternyata untuk menuju Pantai yang diinginkan masih 45 km lagi. Padahal sebelumnya sudah jalan satu jam lebih. Kalau dipaksakan, dapat pulang malam. Saya putuskan saja balik. "Kita ke teladas Sri Gethok saja, yang tadi penunjuk arahnya kita lewati" ajak istri. Setelah kembali tidak cukup jauh, di pertingaan kita belok menuju tempat wisata Air Terjun Sri Gethok.
Tempatnya masih belum begitu ramai yaitu di pedesaan, jalannya saja ada yang belum diaspal. Air terjun ini ada di kawasan Gunung Kidul. Untuk menuju ke air terjunnya dapat jalan kaki atau naik perahu. Bagi yang tidak mau keluar uang, sudah dibuatkan jalannya. Waktu itu kita jalan kaki, tidak terlalu jauh sih dari tempat parkir, tapi jalannya khas pegunungan, menurun dan ketika pulang naik. Tempat ini ramai dengan muda-mudi, anak kuliahan yang mencari hiburan. Air terjunnya tidak terlalu tinggi, sekitar 10an meter. Sore balasannya kita pulang, hingga penginapan menjelang maghrib.
Sumber https://www.kurniasepta.com/