Seni Rupa Terapan Nusantara - Bagi Template

Rabu, 08 Agustus 2012

Seni Rupa Terapan Nusantara

Bentuk dan Teknik Pembuatan Karya Seni Rupa Terapan Nusantara
a.    Pengertian Karya Seni Rupa Terapan Nusantara
Seni rupa yaitu cabang seni yang membentuk karya dengan media yang mempunyai rupa atau wujud yang bisa ditangkap dengan indera penglihatan dan sanggup dirasakan dengan indera peraba. Karya-karya seni rupa diciptakan dengan cara mengolah konsep garis, bidang, bentuk, volume, warna, tekstur, dan pencahayaan dengan contoh estetika. Karya seni rupa terapan Nusantara yaitu segala macam bentuk karya seni rupa yang mempunyai fungsi mudah dan estetis yang berada di wilayah Nusantara.
b.    Ragam Seni Rupa Terapan Nusantara
Keanekaragaman karya seni rupa terapan Nusantara dibedakan berdasarkan (1) sopan santun istiadat, (2) budaya masyarakat setempat, (3) Negara kepulauan, (4) sifat kemaritiman, (5) Negara agraris. Dari hal yang membedakan karya seni rupa terapan di atas, sanggup dikelompokkan lagi menjadi beberapa ragam, yaitu: jenis karya, teknik pembuatan, fungsi, dan makna karya seni rupa terapan.

2.    Fungsi, Jenis, dan Bentuk Karya Seni Rupa Terapan Nusantara
Karya seni rupa terapan Nusantara mempunyai fungsi sebagai pemenuhan kebutuhan yang sifatnya mudah dan estetis. Makara karya seni  yang diciptakan tidak hanya mutu seninya saja, namun juga mengutamakan fungsi pakai. Contoh karya seni rupa yang sifatnya mudah antara lain: meja, kursi, almari, dan lain-lain. Sedangkan contoh lain karya seni rupa yang sifatnya estetis yaitu patung, relief, lukisan, dan lain-lain. Namun kalau karya terapan harus mempunyai dua fungsi, yakni fungsi mudah dan estetis, Makara tidak bisa dipilah-pilah antara kegunaan dan keindahannya, harus satu kesatuan yakni mempunyai kegunaan dan estetis.

3.    Makna Karya Seni Rupa Terapan Nusantara
Sangat beragamnya suku dan adat-istiadat menjadikan keragaman makna yang terdapat pada setiap karya yang dihasilkan. Setiap karya seni rupa yang berkembang di daerah di Indonesia mempunyai simbol atau makna yang sesuai dengan nilai-nilai budaya yang berkembang dalam kehidupan masyarakatnya. 
 
Sebagai contoh wacana makna simbolis warna, terdapat bermacam-macam warna dengan simbol-simbol tertentu. Seperti warna merah yang melambangkan keberanian atau kejantanan, warna kuning melambangkan keceriaan, warna putih melambangkan kesucian, warna hijau melambangkan kedamaian. Contoh lainnya yaitu makna dari bentuk, semisal yaitu patung  pada masyarakat Jawa yang melambangkan keharmonisan dalam rumah tangga.

4.    Ciri-Ciri Khusus Bentuk Karya Seni Rupa Terapan Nusantara
Ciri khusus dari bentuk karya seni rupa trepan Nusantara sanggup dikelompokkan menjadi beberapa jenis. Mari kita pelajari satu-persatu.
    Sebelum kita mempelajari lebih jauh, ada baiknya kita melihat wacana pengertian desain, lantaran semua benda dan bangunan yang dibutuhkan dan digunakan merupakan karya seni desain.
a.    Desain Bangunan Rumah
Desain rumah sanggup mencirikan atau menawarkan cirri khas dari suku atau masyarakat tertentu. Kita sanggup melihat ciri khas itu mulai dari atapnya, ragam hiasnya, bentuknya, dan materi baku pembuatannya.
Sebagai contohnya kalau kita melihat rumah sopan santun daerah Minangkabau, Toraja, dan Batak yang semuanya mempunyai karakter atap meruncing (lonti). Berbeda dengan rumah sopan santun di Jawa yang lebih mempunyai bentuk mendatar atau horizontal. Begitu pula dengan rumah sopan santun yang lainnya, yang mempunyai keunikan tersenderi yang menjadi ciri khas dari daerah tersebut.

b.    Desain bangunan tempat ibadah
Bentuk bangunan berupa tempat ibadah masing-masing mempunyai karakter sendiri-sendiri. Biasanya sturktur utama pada setiap bangunan tempat ibadah masih mengikuti struktur umumnya, mirip adanya kubah untuh 
 
masjid, menara untuk gereja, candi bentar (candi yang dibagi menjadi dua dan digunakan sebagai pintu masuk atau gerbang) pada pure dan lain sebagainya. Namun terdapat pula tempat ibadah yang menonjolkan ciri khas suatu daerah dan diakulturasikan atau dikawinkan dengan struktur utama bangunan tempat ibadah.

c.    Desain alat transportasi
Alat trasnsportasi di setiap daerah mempunyai desain dan keunikan tersendiri. Seperti contohnya andong, becak, sepada ontel, dan lain sebagainya.

d.    Kriya Nusantara
1). Kriya Tekstil
    a). Batik
Batik merupakan seni kriya Nusantara yang menjadi  tradisi semenjak dahulu. Kain batik sangat bersahabat kaitannya dengan masyarakat Indonesia, semenjak lahir hingga meninggal, dari belum dewasa hingga orang tua, dari pakaian sehari-hari hingga pakaian resmi semuanya lekat dengan batik.
Prinsip utama dalam membatik yaitu teknik tutup celup. Bagian kain tertentu ditutup dengan lilin dengan menggunakan canting untuk merintangkan warna. Terdapat beberapa teknik dalam membatik, diantaranya batik tulis, batik cap, batik cetak, batik celup/ikat/jumput, dan batik lukis. Saat ini, batik tidak hanya diaplikasikan pada kain mori, namun sanggup diaplikasikan pada materi lain mirip kayu,  kain sutra, kulit, dan lain sebagainya.

     b). Tenun
Sandang merupakan kebutuhan pokok insan selain pangan dan papan. Untuk memenuhi kebutuhan sandang, diharapkan produksi kain fungsional yang nyaman digunakan dan bernilai estetik.
Tenun yang populer di Indonesia dibuat dengan alat tenun bukan mesin (ATBM), hal inilah yang membuat tenun susah didapat lantaran pengerjaannya manual dan sangat usang dalam pengerjaannya. Pusat kriya tenun di Indonesia menyebar dari pulau Jawa, bali, Sumatara, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur. Adapun jenis kriya yang dihasilkan yaitu tenun ikat dan kain songket.
Istilah ikat diguakan untuk nama tenun yang belum ditenun menjadi kain, helaian benang diikat dann dicelup ke dalam pewarana. Pada beberapa daerah di wilayah Nusantara terdapatkesamaan teknik namun berbeda dalam ragam hiasnya. Hal inilah yang menjadi cirri khas dari suatu daerah dengan daerah lain. Misalnya kain ulos dari Batak, Kain tapis dari Lampung, kain torso dari Jepara, dan kain songket yang dibuat di Sumatra, Bali, Kalimantan dan Sumbawa.

    c). Bordir
Ketika menggunakan pakaian, hal yang perlu diperhatikan selain mempertimbangkan aspek kegunaan dan kenyamanan, perlu juga diperhatikan aspek keindahannnya. Salah satu yang sanggup ditonjolkan dari pakaian dan kebutuhan sandang lainnya yaitu hiasannya. Di samping batik, penerapan motif atau ragam hias pada pakain sanggup juga diterapkan dengan bordir. Bordir merupakan hiasan dari benang pada kain. Istilah lain yang hampir sama dengan dari bordir yaitu sulam.
1). Kriya Anyaman
Salah satu karya seni kriya yaitu anyaman. Bahan yang banyak digunakan dalam membuat anyaman antara lain yaitu bambu dan rotan, lalu berkembang sesuai dengan ide dan kreativitas masyarakat, mirip digunakannya ilalang, enceng gondok, dan lain sebagainya.
 
Di pulau Jawa anyaman banyak menggunakan bambu lantaran tumbuhan ini banyak tumbuh dan berkembang. Adapun ragam jenis bambu, antara lain: apus, petung, ori, kuning, dan wulung. Berbeda dengan di daerah kepulauan lain di Nusantara. Seperti di Kalimantan yang banyak memproduksi anyaman dengan materi rotan. Hal ini tidak lain arena Kalimantan merupakan penghasil rotan terbesar di Indonesia.


2). Kriya Keramik
Keberadaan keramik di daerah Nusantara sangat beragam, keramik juga merupakan seni yang sudah ada semenjak zaman prasejarah. Keramik terbentuk dari materi tanah liat, dan sanggup dibuat dalam beberapa teknik, diantaranya: teknik cetak tekan (press moulding), teknik lempeng (slabing), teknik pilin (coiling), dan teknik pijit (pinching).  
 
Keramik mempunyai banyak fungsi, mulai dari keramik yang berfungsi sebagai tempat atau wadah, mirip cangkir, piring, teko, gelas, dan vas bunga. Sampai pada jenis yang fungsinya hanya sebagai hiasan, mirip bermacam-macam bentuk guci dan  lain sebagainya.
Setiap daerah yang memproduksi keramik mempunyai karakter dan keunikan tersendiri. Adapun daerah penghasil keramik populer di Indonesia antara lain, Plered (Purwakarta), Sitiwinangun (Cirebon-Jawa Barat), Purwokerto (Jawa Tengah), Kasongan (Yogyakarta), dan Dinoyo (Malang-Jawa Timur).

3). Kriya Ukiran
Indonesia merupakan Negara yang mempunyai sumber alam melimpah yang sanggup dimanfaatkan sebaik-baiknya sebagai searana kebutuhan hidup manusia. Seperti tersedianya bermacam-macam hasil hutan semacam kayu jati, mahoni, candana, dan ebonit yang sanggup digunakan sebagai media untuk berkarya seni.
Salah satu teknik yang sanggup diaplikasikan pada media mirip kayu yaitu mengukir atau memahat. Topeng, wayang golek, patung, meja, bangku dan almari merupakan contoh karya ukiran/pahat.  Daerah Jepara,Papua dan Bali merupakan daerah yang dikenal memproduksi kriya gesekan yang berkualitas.

4). Kriya Logam
Dalam sejarah perkembangan seni rupa nusantara, terdapat zaman perunggu. Pada zaman ini, nenek moyang kita sudah menguasai teknik mengecor dengan sangat baik, yang menghasilkan bermacam-macam benda seni yang indah mirip nekara, moko dan kapak perunggu. karya seni tersebut dibuat dengan teknik mengecor (mencetak) yang dikenal dengan 2 teknik mencetak:
a). Bivalve, ialah teknik mengecor yang bisa digunakan berulang-ulang
b). Acire Perdue, ialah teknik mengecor yang hanya satu kali pakai (tidak bisa diulang)
  
Prinsip mengecor yaitu mengisi cetakan yang sudah dibuat  sesuai dengan benda yang dikehendaki dengan logam yang dididihkan. Perunggu, perak, kuningan, tembaga dan emas merupakan materi umum dalam kriya logam.

5.    Latar Belakang Penciptaan Karya Seni Rupa Terapan Nusantara
Latar belakang penciptaan karya seni rupa terapan Nusantara sanggup dibagi menjadi beberapa unsur, antara lain:
a.    Unsur ekonomi
Faktor ekonomi sangat mendukung penciptaan karya seni rupa terapan di Indonesia, contohnya urusan perdagangan dan galeri.
b.    Unsur verbal diri
Unsur verbal diri sangat memilih penciptaan karya seni, lantaran dengan ungkapan emosional si pembuat karya, maka terwujudlah suatu karya seni yang menarik.
c.    Unsur eksperimen
Daya pikir insan semakin usang semakin berkembang akan mendorong insan untuk mencoba membuat karya yang baru.
d.    Unsur religi atau keagamaan
Unsur keagamaan juga turut melatarbelakangi penciptaan karya  seni rupa terapan Nusantara. Karya seni yang dibuat merupakan sesuatu yang sakral dan mengikuti pakem tertentu, jadi dihentikan sembarangan kalau membuat karya tersebut. Sebagai contoh pada upacara ngaben di Bali.
e.    Unsur aktualisasi diri
Unsur aktualisasi sangat penting dalam penciptaan karya. Karena dengan aktualisasi diri, si pembuat karya akan menampilkan jati dirinya dalam karya yang dibuat.

Setelah kita mempelajari banyak sekali hal wacana ciri-ciri khusus seni rupa terapan Nusantara, mari kita pelajari wacana ragam hias yang terdapat di Indonesia. Karena dari ragam hias tersebut kita bisa mengidentifikasi masing-masing keunikan dan ciri khasnya.

1.    Pengertian Ragam Hias
Indonesia yaitu negara yang kaya dengan ragam hias. hampir di setiap produk budayanya menggunakan ragam hias. Untuk lebih memahami wacana ragam hias Nusantara, mari kita pelajari unsur-unsur dari ragam hias di Nusantara.
Pola Hias merupakan unsur dasar yang yang sanggup digunakan  sebagai pedoman dalam merancang suatu hiasan. Sedangkan, Motif Hias merupakan pokok pikiran dan bentuk dasar dalam perwujudan ragam hias, mencakup segala bentuk alami ciptaan Tuhan mirip manusia, binatang, tumbuhan, gunung, batuan, air, awan dan lainnya serta hasil kreasi manusia.
Jadi, Ragam Hias yaitu susunan pola  hias yang  menggunakan motif hias dengan kaidah-kaidah tertentu pada suatu bidang atau  ruang sehingga menghasilkan bentuk yang indah.

2.    Motif Dasar Ragam Has Indonesia
Pada dasarnya jenis motif atau corak nusantara, menggunakan motif atau corak dasar yang sama. Semula ornamen-ornamen tersebut berupa garis, seperti: garis lurus, garis patah-patah, garis miring, garis sejajar, garis lengkung, bulat dan sebagainya, yang lalu bermetamorfosis bermacam-macam bentuk yang  beraneka ragam.
      Dalam penggunaannya corak ornamen tersebut ada yang berupa satu motif, dua motif atau lebih, pengulangan motif, kombinasi motif, dan ada pula yang disebut “distalasi” atau digayakan.
Keberagaman suku bangsa di Indonesia membuat banyak sekali corak budaya seni rupa yang berbeda-beda. Diantara sekian banyak hasil budaya yang khas dari Indonesia yaitu ragam hiasnya. Untuk itu mari  kita mengidentifikasi ragam hias 
Nusantara sebagai bentuk budaya khas Indonesia.

1.    Kawung di dalam bahasa Sunda berarti arena tau kolang-kaling. Karena itu ragam hias kawung mempunyai bentuk ibarat buah aren yang dipotong melintang sehingga kelihatan empat biji aren. Ragam hias ini telah ada semenjak zaman nenek moyang kita, terbukti dengan digunakannya pada hiasan patung-patung candi Hindu di Jawa.

2.    Tumpal yaitu ragam hias tradisional Nusantara yang mempunyai bentuk dasar segitiga sama kaki. Ragam hias ini sanggup ditemukan di hiasan-hiasan candi di Indonesia, serta terdapat juga pada ukuran-ukiran kayu, dan lain-lain.

3.    Ragam hias Swastika sudah dikenal pada zaman logam atau zaman perunggu, hal ini dikarenakan banyak ditemukan kerajinan dari materi perunggu. Swastika merupakan bentuk lain dari meander dan pilin. Ragam hias ini hampir menyebar di seluruh wilayah Nusantara.
   
4.    Pilin yaitu ragam hias yang mempunyai bentuk dasar aksara S. Dalam variasinya juga berbentuk SS (pilin ganda).

5.    Meander yaitu ragam hias yang mempunyai bentuk dasar huruf  T. Dalam perkembangannya, ragam hias ini memunculkan ragam hias swastika.

6.    Tempet yaitu ragam hias yang berbentuk ceplok berulang-ulang. Bentuk ragam hias ini sanggup ditemukan di badan-badan candi di seluruh wilayah Nusantara. Ceplok sendiri pada awalnya merupakan motif yang terdapat pada tutup gelas yang bermotif bunga mawar, namun dalam perkembangannya ceplok lebih pada penggambaran kuncup bunga yang sedang mekar.

7.    Pohon Hayat berarti pohon kehidupan yang mempunyai makna kesuburan dan kehidupan. Ragam hias ini berkembang pesat pada masa masuknya agama Islam dengan bentuk sulur-sulur (pohon yang merambat).

8.    Lar, dalam bahasa Jawa berarti sayap. Bentuk ini merupakan penyederhanaan ragam hias garuda. Di Jawa dimaknai sebagai simbol kekuasaan. Pada masa terdahulu, penggunaanya hanya dikhususkan pada kalangan darah biru dan kerabat keraton.

9.    Binatang sering menjadi inspirasi dalam membuat ragam hias. Pada relief candi Borobudur terdapat ragam hias gajah, sedangkan di Bali banyak dijumpai gesekan berbentuk singa bersayap. Demikian pula dengan benda-benda seni Nusantra lainnya yang menggunakan binatang sebagai ragam hias.

Menampilkan Sikap Apresiatif Terhadap Keunikan Gagasan dan Teknik Dalam Karya Seni Rupa Terapan Nusantara
          Setelah kita mempelajari wacana mengidentifikasi karya seni rupa
terapan Nusantara, kini mari kita menampilkan perilaku apresiatif terhadap keunikan gagasan dan teknik dalam karya seni rupa terapan Nusantara.
       Pertama-tama kita harus mengerti dan memahami wacana arti apresiasi. Bagaimana kita mengapresiasi?, apa saja lingkup apresiasi?,
aspek-aspek apa saja yang yang harus ada dalam mengapresiasi? nah, mari kita pelajari satu-persatu.
1.    Ruang Lingkup Apresiasi
     Apresiasi berasal dari bahasa Inggris appreciate yang artinya menilai atau menghargai. Dengan kata lain, apresiasi yaitu kesadaran terhadap nilai-nilai seni dan budaya, serta penghargaan terhadap sesuatu. Apresiasi mempunyai tiga tingkatan, yaitu: (1) apresiasi empatik, (2) apresiasi estetis, dan (3) apresiasi kritis. Berikut yaitu pembagian terstruktur mengenai masing-masing, antara lain:
a.   Apresiasi empatik adalah jenis apresiasi yang menilai baik dan kurang baiknya suatu karya seni berdasarkan pengamatan indrawi saja.
b.  Apresiasi estetis adalah apresiasi yang menilai keindahan suatu karya seni dengan melaksanakan pengamatan dan perasaan yang mendalam.
c.    Apresiasi kritis adalah apresiasi yang tajam dalam menganalisa suatu karya seni. Jadi, apresiasi jenis ini lebih menyeluruh dalam menilai karya, sehingga evaluasi lebih terang dan terurai.
     Sebagai tahap pembelajaran dalam menilai mengapresiasi suatu
karya, kita harus menilai karya tersebut secara utuh. Kita juga
perlu menganalisa cuilan per cuilan dari karya itu, adapun aspek
yang harus ada dalam apresiasi karya adalah:
a.    Ide dan Gagasan
Semua hasil karya seni merupakan dorongan dari hasil aktivitas, perenungan, pencarian, dan pemikiran-pemikiran dalam melahirkan sesuatu yang gres dan orisinil.
b.    Kreativitas
Realisasi dari ide dan gagasan akan membentuk kreaivitas.
Kreativitas yaitu kemampuan untuk mengolah sesuatu yang sudah ada menjadi sesuatu yang gres yang sifatnya sama sekali
berbeda dengan yang sebelumnya.
c.    Gaya perorangan atau ekspresi
Karya seseorang tentunya berbeda dengan karya orang lain. Hal ini disebabkan oleh perbedaan pendapatnya, pengalaman batin, perenungan, pemahaman, pengalaman, dan filosofi dalam berkarya. Hal inilah yang menjadikan munculnya gaya
perseorangan dalam berkarya seni.

2.    Ragam Keunikan Gagasan Karya Seni Rupa Terapan Nusantara
Ragam keunikan gagasan karya seni rupa terapan daerah, sanggup menjadi inspirasi terciptanya hasil karya seni rupa terpan daerah
di Indonesia. Ragam keunikan gagasan sanggup dikelompokkan menjadi tiga macam, yaitu:
a.    Objek Karya Seni Rupa Terapan Nusantara
Objek karya seni merupakan pokok target penggambaran.
Sebagai contoh objek manusia, hewan, flora dan benda-benda lainnya.
b.    Tema Karya Seni Rupa Terapan Nusantara
Tema karya seni rupa rupa daerah Nusantara diilhami oleh pengalaman yang ada di dlam atau di luar lingkungan pencipta karya.
c.    Makna Simbolik Karya Seni Rupa Terapan Nusantara
Makna Simbolik yaitu makna yang terkandung dalam suatu karya seni. Setiap karya seni mempunyai makna simbolik berbeda-beda. makna simbolik sanggup berupa warna atau bentuk. Contohnya yaitu warna merah melambangkan keberanian, warna putih melambangkan kesucian atau kebersihan, dan lain-lain.

3.    Ragam Keunikan Teknik Karya Seni Rupa Terapan Nusantara
Teknik Karya Seni Rupa Terapan Nusantara sangat beragam. Banyak diantaranya yang sering kita dengar dan lihat di sekitar lingkungan kita. Beberapa diantaranya mirip memahat, mengecor, mengukir dan lain-lain. Untuk lebih memahami wacana keunikan teknik dalam karya seni rupa Nusantara, mari kita bahas satu per satu.
a.    Teknik Pahat adalah teknik mengurangi materi bertahap dengan menggunakan alat pahat. Contohnya: pembuatan patung, relief, dan ukir
b.   Teknik Butsir adalah mengurangi dan menambah materi hingga menerima bentuk yang diinginkan. Contohnya: pembuatan keramik
c.    Teknik Sapuan adalah teknik membuat karya seni rupa dengan menyapukan kuas ke dalam karya. Contoh: pembuatan lukisan.
d.    Teknik Cor adalah teknik membuat karya seni dengan membuat cetakan dan lalu dituangkan gabungan berupa semen, gips, dan lain sebagainya sehingga menghasilkan bentuk yang diinginkan Contohnya: pembuatan patung.
e.    Teknik Las adalah teknik membuat karya seni dengan menggabungkan satu materi dengan materi yang lainnya.
f.    Teknik Konstruksi adalah teknik menggabungkan / menyusun materi satu dengan materi yang lainnya. Misalnya rumah, candi dan bangunan lainnya.
g.    Teknik Cetak adalah teknik membuat karya seni dengan membuat mal (cetakan) terlebih dahulu. Misalnya, pembuatan keramik atau patung.
h.    Teknik Tatah pada prinsipnya sama mirip teknik pahat, yaitu mengurangi materi berupa batu, kayu, atau materi yang lain, sehingga menghasilkan materi baru. Misalnya, pembuatan ukiran, relief, dan patung.
Comments


EmoticonEmoticon

:)
:(
hihi
:-)
:D
=D
:-d
;(
;-(
@-)
:P
:o
:>)
(o)
:p
(p)
:-s
(m)
8-)
:-t
:-b
b-(
:-#
=p~
x-)
(k)
Notification
This is just an example, you can fill it later with your own note.
Done