Modal dasar seorang pemeran tidak sebatas penguasaan tubuh, ekspresi mimik, penghayatan, bunyi dan kemampuan pikir yang wajib dimiliki, tetapi dalam pembelajaran seni kiprah perlu ditunjang dengan pengetahuan dan pemahaman pada unsur -unsur lain sebagai penunjang pemeranan didalamnya, yaitu dongeng atau naskah, rias, busana, asesori (kostum), peralatan, irama permainan atau kepekaan musikalitas dan kepekaan ruang (tempat bermain peran).
Pentingnya unsur-unsur pemeranan dimaksud yaitu untuk memperlihatkan kesempurnaan dan totalitas ekspresi tabiat tokoh dan pesan moral yang diungkapkan seorang pemeran dalam suatu hubungan. Hubungan pemeranan yang dimaksud bahwa seorang pemeran tidak membisu saja, duduk tertidur, berdiri kaku, melangkah seenaknya dan berbuat sekehendak hati tanpa dorongan dan motivasi yang terang dalam membuat irama permainan secara bersama dan berhubungan dengan kedatangan tokoh dan atau unsur artistik lainnya. Perlu kalian ingat kembali, inti dari seni teater adanya tokoh, pemeran, pelaku dengan media utamanya manusia. Inti dari dongeng yang disampaikan tokoh yaitu konflik atau kontradiksi yang dijalankan oleh susunan dongeng dalam kekerabatan alasannya dan jawaban (plot cerita) dengan mengusung tema cerita, yaitu pertentangan; tokoh utama dengan tokoh yang lainnya (heroic), tokoh utama dengan dirinya sendiri (psikologi), kontradiksi dengan lingkungannya (social) dan kontradiksi dengan keyakinannnya (religi). Tema-tema dongeng itu menjadi unsur penting dalam penulisan naskah lakon atau drama atau seni teater. Terutama pada bentuk pertunjukan teater non tradisional.
Kata lakon sama halnya dengan istilah ‘ngalalakon-boga lalakon’ (dalam, Bahasa Sunda), atau ‘ngelelakon’ (dalam, Bahasa Jawa) artinya melakukan, melakoni dongeng yang dilakukan seorang tokoh, biasanya tokoh atau pemeran utama dengan kata-kata (verbal) atau tanpa berkata-kata (non verbal) dalam suatu kiprah yang dibawakan.
1.Lakon
Kedudukan lakon, dongeng atau naskah yaitu unsur penting dalam seni teater sebagai nyawa, nafas atau ruh dalam menjalin kekerabatan dongeng (struktur cerita) melalui tokoh atau kiprah yang dibawakan seorang pemeran. Lakon, dongeng atau naskah yaitu hasil karya pemeran, seniman dan atau sastrawan yang diwujudkan atau diangkat ke atas pentas seni teater, baik pertunjukan eksklusif atau tidak eksklusif (seni rekam), yakni; Sinematografi, TV Play, Sandiwara Radio dan Film. Karena tidak semua kreator teater (drama) bisa menulis naskah atau lakon atau skenografi sendiri, oleh alasannya itu, naskah atau lakon yang ditulis orang lain (pengarang) di mata seniman teater yaitu materi baku atau sumber ide, gagasan dan pesan moral yang mengilhami untuk berkreativitas melalui karya teater.
Penulisan naskah atau lakon teater, baik pertunjukan teater panggung, sinetron, film dan radio mempunyai kekhasan tersendiri. Pemilihan tema dan panjang pendeknya dongeng sangat tergantung pada babak, serial, episodic naskah dari ketertarikan setiap orang termasuk kalian (bersifat personal) dalam memahami: isi cerita, struktur dongeng dan unsur-unsur dongeng untuk dijadikan subjek karya teater. Dasar pemilihan naskah atau dongeng yang akan diangkat ke atas pentas pertunjukan teater wajib bersikap hati-hati sesuai dengan tingkat perkembangan kejiwaan kamu. Naskah yang ada yang kalian baca secara tematik belum tentu sesuai dengan tingkat perkembangan kalian dan penonton yang akan diundang. Oleh alasannya itu wajib bersikap selektif dan perlu kalian pertimbangkan baik buruknya, gampang sukarnya dalam pewujudannya.
Sumber-sumber dongeng atau naskah atau lakon sanggup kalian peroleh melalui: cerita-cerita fiksi, dongeng sejarah, cerita–cerita kawasan Nusantara atau dongeng Jawa Barat lebih khususnya. dll. Sumber dongeng Teater dewasa dengan sarat nilai pendidikan terdapat pada dongeng binatang, fable (Si Kancil, Sang Harimau, dll.), kisah 1001 malam (Lampu Aladin, Ratu Balqis, Sang Penyamun, dll.), legenda (Sangkuriang, Sangmanarah, Lutungkasarung dll.), sejarah (Pangeran Borosngora, Pangeran Gesan Ulun, Pangeran Kornel, Wali Songo, dst.).
2.Unsur Penokohan dan Perwatakan
Penokohan atau kedudukan Tokoh yang disajikan oleh seorang dan atau beberapa pemeran yaitu unsur penting dalam pemeranan berasal dari lakon, cerita, naskah yang ditulis atau tidak ditulis oleh seorang pengarang.
Penokohan didalam seni teater sanggup dibagi dalam beberapa kedudukan tokoh atau peran, antara lain: Protagonis, Antagoni, Deutragonis, Foil, Tetragoni, Confident, Raisonneur dan Utility.
1.Lakon
Kedudukan lakon, dongeng atau naskah yaitu unsur penting dalam seni teater sebagai nyawa, nafas atau ruh dalam menjalin kekerabatan dongeng (struktur cerita) melalui tokoh atau kiprah yang dibawakan seorang pemeran. Lakon, dongeng atau naskah yaitu hasil karya pemeran, seniman dan atau sastrawan yang diwujudkan atau diangkat ke atas pentas seni teater, baik pertunjukan eksklusif atau tidak eksklusif (seni rekam), yakni; Sinematografi, TV Play, Sandiwara Radio dan Film. Karena tidak semua kreator teater (drama) bisa menulis naskah atau lakon atau skenografi sendiri, oleh alasannya itu, naskah atau lakon yang ditulis orang lain (pengarang) di mata seniman teater yaitu materi baku atau sumber ide, gagasan dan pesan moral yang mengilhami untuk berkreativitas melalui karya teater.
Penulisan naskah atau lakon teater, baik pertunjukan teater panggung, sinetron, film dan radio mempunyai kekhasan tersendiri. Pemilihan tema dan panjang pendeknya dongeng sangat tergantung pada babak, serial, episodic naskah dari ketertarikan setiap orang termasuk kalian (bersifat personal) dalam memahami: isi cerita, struktur dongeng dan unsur-unsur dongeng untuk dijadikan subjek karya teater. Dasar pemilihan naskah atau dongeng yang akan diangkat ke atas pentas pertunjukan teater wajib bersikap hati-hati sesuai dengan tingkat perkembangan kejiwaan kamu. Naskah yang ada yang kalian baca secara tematik belum tentu sesuai dengan tingkat perkembangan kalian dan penonton yang akan diundang. Oleh alasannya itu wajib bersikap selektif dan perlu kalian pertimbangkan baik buruknya, gampang sukarnya dalam pewujudannya.
Sumber-sumber dongeng atau naskah atau lakon sanggup kalian peroleh melalui: cerita-cerita fiksi, dongeng sejarah, cerita–cerita kawasan Nusantara atau dongeng Jawa Barat lebih khususnya. dll. Sumber dongeng Teater dewasa dengan sarat nilai pendidikan terdapat pada dongeng binatang, fable (Si Kancil, Sang Harimau, dll.), kisah 1001 malam (Lampu Aladin, Ratu Balqis, Sang Penyamun, dll.), legenda (Sangkuriang, Sangmanarah, Lutungkasarung dll.), sejarah (Pangeran Borosngora, Pangeran Gesan Ulun, Pangeran Kornel, Wali Songo, dst.).
2.Unsur Penokohan dan Perwatakan
Penokohan atau kedudukan Tokoh yang disajikan oleh seorang dan atau beberapa pemeran yaitu unsur penting dalam pemeranan berasal dari lakon, cerita, naskah yang ditulis atau tidak ditulis oleh seorang pengarang.
Penokohan didalam seni teater sanggup dibagi dalam beberapa kedudukan tokoh atau peran, antara lain: Protagonis, Antagoni, Deutragonis, Foil, Tetragoni, Confident, Raisonneur dan Utility.
- Protagonis yaitu tokoh utama, pelaku utama atau pemeran utama (boga lalakon) disebut sebagai tokoh putih. Kedudukan tokoh utama yaitu memainkan dongeng hingga dongeng mempunyai insiden dramatis (konflik pertentangan)
- Antagonis yaitu lawan tokoh utama, penghambat pelaku utama disebut sebagai tokoh hitam. Kedudukan tokoh berlawanan yaitu yang mengahalangi, menghambat itikad atau maksud tokoh utama dalam menjalankan tugasnya atau mencapai tujuannya. Tokoh Antagonis dan Protagonis biasanya mempunyai kekuatan yang sama, artinya sebanding berdasarkan kacamata kelogisan dongeng di dalam membangun keutuhan cerita.
- Deutragonis yaitu tokoh yang berpihak kepada tokoh utama. Biasanya tokoh ini membantu tokoh utama dalam menjalankan itikadnya. Kadangkala, tokoh ini menjadi tempat pengaduan atau memperlihatkan nasihat kepada tokoh utama.
- Foil yaitu tokoh yang berpihak kepada lawan tokoh utama. Biasanya tokoh ini membantu tokoh Antagonis dalam menghambat itikad tokoh utama. Kadangkala, tokoh ini menjadi tempat pengaduan atau memperlihatkan nasihat memperburuk kondisi kepada tokoh Antagonis.
- Tetragonis yaitu tokoh yang tidak memihak kepada kepada salah satu tokoh lain, lebih bersifat netral. Tokoh ini memberi masukan-masukan kasatmata kedua belah pihak untuk mencari jalan yang terbaik.
- Confident yaitu tokoh yang menjadi tempat pengutaraan tokoh utama. Pendapat-pendapat tokoh utama itu pada biasanya dilarang diketahui oleh tokoh-tokoh lain selain tokoh itu dan penonton.
- Raisonneur, yaitu tokoh yang menjadi corong bicara pengarang kepada penonton.
- Utilitty, yaitu tokoh pembantu baik dari kelompok hitam atau putih. Tokoh ini dalam dunia pewayangan disebut goro-goro (punakawan). Kedudukan tokoh Utilitty, kadangkala ditempatkan sebagai penghibur, penggembira atau hanya sebatas embel-embel saja, Artinya, kedatangan tokoh ini tidak terlalu penting. Ada atau tidaknya tokoh ini, tak akan menghipnotis keutuhan lakon secara tematik. Kalau pun dihadirkan, lakon akan menjadi panjang atau menambah kejelasan adegan insiden yang dibangun.
Perwatakan atau tabiat tokoh atau karakteristik yang dimiliki tokoh atau pemeran di dalam lakon, dihadirkan pengarang yaitu ciri-ciri, tanda-tanda, identitas secara khusus bersifat pencitraan sebagai simbol yang dihadirkan tokoh, berupa; status sosial, fisik, psikis, intelektual dan religi. Status sosial sebagai ciri dari perwatakan yaitu menerangkan kedudukan atau jabatan yang diemban tokoh dalam hidup bermasyarakat pada lingkup lakon, antara lain; orang kaya, orang miskin, rakyat biasa atau jelata, penggangguran, gelandangan, tukang becak, kusir, guru, mantri, kepala desa, camat, bupati, gubernur, administrator atau presiden.
Status sosial sebagai ciri dari perwatakan yaitu menerangkan kedudukan atau jabatan yang diemban tokoh dalam hidup bermasyarakat pada lingkup lakon, antara lain; orang kaya, orang miskin, rakyat biasa atau jelata, pelajar, mahasiswa, penggangguran, gelandangan, tukang becak, kusir, guru, ulama, Ustad, Ustadzah, mantri, kepala desa, camat, bupati, gubernur, administrator atau presiden.
Fisik sebagai ciri dari perwatakan, menerangkan ciri-ciri khusus mengenai jenis kelamin (laki wanita atau waria), kelengkapan pancaindra atau keadaan kondisi tubuh (cantik-jelek, tinggi-pendek, kurus-buncit, kekar-lembek, rambut hitam atau putih, buta, pincang, lengan patah, berpenyakit atau sehat. Psikis sebagai ciri dari perwatakan menerangkan ciri-ciri khusus ihwal hal kejiwaan yang dialami tokoh, seperti; sakit ingatan atau normal, depresi, traumatic, penyimpangan seksual, gampang lupa, pemarah, pemurah, penyantun, pedit, pelit, dan dermawan.
Intektual sebagai ciri dari perwatakan menerangkan ciri-ciri khusus ihwal hal sosok tokoh dalam bersikap dan berbuat, terutama dalam mengambil sebuah keputusan atau menjalankan tanggungjawab. Misalnya, kecerdasan (pandai-bodoh, cepat tanggap-masa bodoh, tegas-kaku, lambat-cepat berpikir), kharismatik (gambaran perilaku sesuai dengan kedudukan jabatan), tanggungjawab (berani berbuat berani menanggung resiko, asalkan dalam koridor yang benar). Unsur pemeranan selanjutnya yaitu tubuh pemeran sebagai media ungkap wujud fisik dengan kelenturan dan ekspresi tubuhnya.
3.Unsur Tubuh
Tubuh dengan seperangkat anggota tubuh dan ekspresi wajah yaitu unsur penting yang perlu dilakukan pengolahan atau training biar tubuh kalian memiliki; stamina yang kuat, kelenturan tubuh dan daya refleks atau kepekaan tubuh. Untuk menerima tujuan dimaksud secara maksimal, bahwa seorang pemeran wajib rajin dan disiplin melaksanakan olah tubuh sebagai materi penting yang akan dibahas melalui teknik pemeranan. Disamping mempunyai kemampuan tubuh yang memadai untuk seorang pemeran, jangan lupa kalian harus sadar akan potensi kalian dalam hal memfungsikan unsur bunyi atau vokal.
4.Unsur Suara
Suara atau bunyi yang dikeluarkan indra verbal dan hidung melalui rongga dan pita bunyi yaitu salah satu unsur pemeranan yang berfungsi untuk penyampaian pesan pemeranan melalui bahasa verbal atau pengucapan kata-kata. Unsur bunyi sebagai sarana dalam pemeranan seni teater biar berfungsi dengan baik, dan mempunyai manfaat ganda dalam menunjang seni kiprah perlu dilakukan pengolahan berupa training pada unsur-unsur anggota tubuh yang terkait dengan pernapasan dan pengucapan melalui teknik pemeranan.
5.Unsur Penghayatan
Penghayatan yaitu penjiwaan, mengisi suasana perasaan hati, kedalaman sukma yang digali dan dilakukan seorang pemeran ketika membawakan pemeranannya di atas pentas. Unsur penghayatan dalam seni kiprah perlu memperoleh perhatian khusus, alasannya setiap pemeran dalam membawakan pemeranannya akan terasa berbeda. Sekalipun berasal penokohan yang sama dari naskah yang sama. Hal ini, sangat tergantung pada sejauhmana upaya pengalaman pemeranan dalam mengasah kepekaan sukmanya sehingga memunculkan kesadaran rasa simpati dan tenggang rasa diri sendiri pada orang lain dan kepekaan menanggapi insiden yang terjadi dalam kehidupan. Latihan untuk menerima kepekaan rasa atau sukma atau pengaturan emosi untuk seorang pemeran sanggup dilakukan melalui teknik olah rasa yang akan dibahas pada sub serpihan pemeranan selanjutnya.
6.Unsur Ruang
Ruang dalam pemeranan yaitu unsur yang membuktikan tentang; ruang yang diciptakan pemeran dalam bentuk mengolah posisi tubuh dengan jarak rentangan tangan dengan anggota badannya; lebar (gerak besar), sedang (gerak wajar), kecil (gerak menciut). Contohnya, gerak besar, biasanya pemeran menerima suasana; angkuh, sombong, menguasai, agung, kebahagiaan, perpedaan status, dan atau murka dst. Adapun, ruang masuk akal dan bersahaja biasanya dilakukan seorang pemeran pada suasana; akrab, bersahaja, status sama, damai, tenang dan nyaman. Ruang pemeranan yang dibangun seorang pemeran dengan gerak atau respon kecil, biasanya dilakukan dalam suasana: tertekan, sedih, takut, mengabdi, dan budak.
Memahami pengertian ruang biasanya yaitu tempat, area, wilayah untuk bermain kiprah dalam melaksanakan gerak membisu (pose) atau gerak berpindah (movement). Hal ini sanggup dilakukan dengan pengolahan pada irama gerak langkah (cepat, lambat dan sedang), garis dan arah langkah (horizontal, vertikal, diagonal, zigzag, melingkar dan berputar atau melingkar dalam suatu adegan peran.
7.Unsur Kostum
Pengertian kostum dalam seni kiprah yaitu semua perlengkapan yang dikenakan, menempel, melekat, mendandani untuk memperindah tubuh pemeran pada wujud lahiriah dalam agresi pemeranan di atas pentas. Kostum mencakup unsur ; rias, busana, dan asesori sebagai penguat, memperjelas tabiat tokoh, baik secara fisikal, psikis, moral atau status sosial. Contohnya dalam berpakaian, seperti; Polisi, Tentara, Hansip, Satpam, Guru, Kepala Desa, Pejabat, Rakyat, Pengemis, Wadam, dan Anak Sekolah.
8.Unsur Property
Pemahaman Property dalam pemeranan yaitu semua peralatan yang dipakai pemeran, baik yang dikenakan atau yang tidak menempel ditubuh, tetapi sanggup diolah dengan memakai tangan (handprop) dan berfungsi untuk penguat tabiat atau huruf seorang pemeran, ibarat : tas, topi, cangklong, tongkat, pentungan, kipas, panah dan busur, dan golok.
9.Unsur Musikal
Unsur musikal atau unsur pengisi, penguat, pembangun suasana laris pemeranan di atas pentas, meliputi; irama suasana hati atau sukma dalam membangun irama permainan dengan lawan main, irama vocal, bunyi pengucapan (Opera, Gending Karesmen, dan Wayang Wong) sang pemain, atau aktor, dan irama musik sebagai penguat huruf tokoh (Cepot, Bodor, Semar, dan Raja.) berupa; gending, musik, bunyi atau bunyi dan pengaruh audio, baik melalui iringan musik eksklusif (live) atau musik rekaman (playback), contohnya; Musik Kabaret, dan Musik Operet.
Status sosial sebagai ciri dari perwatakan yaitu menerangkan kedudukan atau jabatan yang diemban tokoh dalam hidup bermasyarakat pada lingkup lakon, antara lain; orang kaya, orang miskin, rakyat biasa atau jelata, pelajar, mahasiswa, penggangguran, gelandangan, tukang becak, kusir, guru, ulama, Ustad, Ustadzah, mantri, kepala desa, camat, bupati, gubernur, administrator atau presiden.
Fisik sebagai ciri dari perwatakan, menerangkan ciri-ciri khusus mengenai jenis kelamin (laki wanita atau waria), kelengkapan pancaindra atau keadaan kondisi tubuh (cantik-jelek, tinggi-pendek, kurus-buncit, kekar-lembek, rambut hitam atau putih, buta, pincang, lengan patah, berpenyakit atau sehat. Psikis sebagai ciri dari perwatakan menerangkan ciri-ciri khusus ihwal hal kejiwaan yang dialami tokoh, seperti; sakit ingatan atau normal, depresi, traumatic, penyimpangan seksual, gampang lupa, pemarah, pemurah, penyantun, pedit, pelit, dan dermawan.
Intektual sebagai ciri dari perwatakan menerangkan ciri-ciri khusus ihwal hal sosok tokoh dalam bersikap dan berbuat, terutama dalam mengambil sebuah keputusan atau menjalankan tanggungjawab. Misalnya, kecerdasan (pandai-bodoh, cepat tanggap-masa bodoh, tegas-kaku, lambat-cepat berpikir), kharismatik (gambaran perilaku sesuai dengan kedudukan jabatan), tanggungjawab (berani berbuat berani menanggung resiko, asalkan dalam koridor yang benar). Unsur pemeranan selanjutnya yaitu tubuh pemeran sebagai media ungkap wujud fisik dengan kelenturan dan ekspresi tubuhnya.
3.Unsur Tubuh
Tubuh dengan seperangkat anggota tubuh dan ekspresi wajah yaitu unsur penting yang perlu dilakukan pengolahan atau training biar tubuh kalian memiliki; stamina yang kuat, kelenturan tubuh dan daya refleks atau kepekaan tubuh. Untuk menerima tujuan dimaksud secara maksimal, bahwa seorang pemeran wajib rajin dan disiplin melaksanakan olah tubuh sebagai materi penting yang akan dibahas melalui teknik pemeranan. Disamping mempunyai kemampuan tubuh yang memadai untuk seorang pemeran, jangan lupa kalian harus sadar akan potensi kalian dalam hal memfungsikan unsur bunyi atau vokal.
4.Unsur Suara
Suara atau bunyi yang dikeluarkan indra verbal dan hidung melalui rongga dan pita bunyi yaitu salah satu unsur pemeranan yang berfungsi untuk penyampaian pesan pemeranan melalui bahasa verbal atau pengucapan kata-kata. Unsur bunyi sebagai sarana dalam pemeranan seni teater biar berfungsi dengan baik, dan mempunyai manfaat ganda dalam menunjang seni kiprah perlu dilakukan pengolahan berupa training pada unsur-unsur anggota tubuh yang terkait dengan pernapasan dan pengucapan melalui teknik pemeranan.
5.Unsur Penghayatan
Penghayatan yaitu penjiwaan, mengisi suasana perasaan hati, kedalaman sukma yang digali dan dilakukan seorang pemeran ketika membawakan pemeranannya di atas pentas. Unsur penghayatan dalam seni kiprah perlu memperoleh perhatian khusus, alasannya setiap pemeran dalam membawakan pemeranannya akan terasa berbeda. Sekalipun berasal penokohan yang sama dari naskah yang sama. Hal ini, sangat tergantung pada sejauhmana upaya pengalaman pemeranan dalam mengasah kepekaan sukmanya sehingga memunculkan kesadaran rasa simpati dan tenggang rasa diri sendiri pada orang lain dan kepekaan menanggapi insiden yang terjadi dalam kehidupan. Latihan untuk menerima kepekaan rasa atau sukma atau pengaturan emosi untuk seorang pemeran sanggup dilakukan melalui teknik olah rasa yang akan dibahas pada sub serpihan pemeranan selanjutnya.
6.Unsur Ruang
Ruang dalam pemeranan yaitu unsur yang membuktikan tentang; ruang yang diciptakan pemeran dalam bentuk mengolah posisi tubuh dengan jarak rentangan tangan dengan anggota badannya; lebar (gerak besar), sedang (gerak wajar), kecil (gerak menciut). Contohnya, gerak besar, biasanya pemeran menerima suasana; angkuh, sombong, menguasai, agung, kebahagiaan, perpedaan status, dan atau murka dst. Adapun, ruang masuk akal dan bersahaja biasanya dilakukan seorang pemeran pada suasana; akrab, bersahaja, status sama, damai, tenang dan nyaman. Ruang pemeranan yang dibangun seorang pemeran dengan gerak atau respon kecil, biasanya dilakukan dalam suasana: tertekan, sedih, takut, mengabdi, dan budak.
Memahami pengertian ruang biasanya yaitu tempat, area, wilayah untuk bermain kiprah dalam melaksanakan gerak membisu (pose) atau gerak berpindah (movement). Hal ini sanggup dilakukan dengan pengolahan pada irama gerak langkah (cepat, lambat dan sedang), garis dan arah langkah (horizontal, vertikal, diagonal, zigzag, melingkar dan berputar atau melingkar dalam suatu adegan peran.
7.Unsur Kostum
Pengertian kostum dalam seni kiprah yaitu semua perlengkapan yang dikenakan, menempel, melekat, mendandani untuk memperindah tubuh pemeran pada wujud lahiriah dalam agresi pemeranan di atas pentas. Kostum mencakup unsur ; rias, busana, dan asesori sebagai penguat, memperjelas tabiat tokoh, baik secara fisikal, psikis, moral atau status sosial. Contohnya dalam berpakaian, seperti; Polisi, Tentara, Hansip, Satpam, Guru, Kepala Desa, Pejabat, Rakyat, Pengemis, Wadam, dan Anak Sekolah.
8.Unsur Property
Pemahaman Property dalam pemeranan yaitu semua peralatan yang dipakai pemeran, baik yang dikenakan atau yang tidak menempel ditubuh, tetapi sanggup diolah dengan memakai tangan (handprop) dan berfungsi untuk penguat tabiat atau huruf seorang pemeran, ibarat : tas, topi, cangklong, tongkat, pentungan, kipas, panah dan busur, dan golok.
9.Unsur Musikal
Unsur musikal atau unsur pengisi, penguat, pembangun suasana laris pemeranan di atas pentas, meliputi; irama suasana hati atau sukma dalam membangun irama permainan dengan lawan main, irama vocal, bunyi pengucapan (Opera, Gending Karesmen, dan Wayang Wong) sang pemain, atau aktor, dan irama musik sebagai penguat huruf tokoh (Cepot, Bodor, Semar, dan Raja.) berupa; gending, musik, bunyi atau bunyi dan pengaruh audio, baik melalui iringan musik eksklusif (live) atau musik rekaman (playback), contohnya; Musik Kabaret, dan Musik Operet.