SENI DAN TEATER
1. Haukin menyatakan bahwa tari yakni ekspresi jiwa insan yang diubah oleh imajinasi dan diberi bentuk melalui media gerak sehingga menjadi bentuk gerak yang simbolis dan sebagai ungkapan si pencipta
2. Soedarsono menyatakan bahwa tari merupakan ekspresi jiwa insan yang diubah melalui gerak ritmis yang indah
3. Soeryodiningrat menyatakan bahwa tari merupakan gerak anggota tubuh yang selaras dengan bunyi musik atau gamelan diatur oleh irama sesuai dengan maksud tujuan tari
Tari merupakan salah satu cabang seni, dimana media ungkap yang digunakan yakni tubuh
4. Kamala Devi Chattopadhyaya Seorang kritikus dan seniman India, mendefinisikan tari sebagai gerakan-gerakan luar yang ritmis dan usang kelamaan tampak mengarah pada bentuk-bentuk tertentu.
5. Corry Hartong Menurut Corry Hartong, tari ialah gerakan yang berbentuk dari ritmis dari tubuh di dalam ruang.
Tari merupakan perpaduan antara wiraga,wirasa,dan wirama atau seni yang dihasilkan dari gerak mimic dan lezat dipandang, umumnya tariannya diiringi dengan musik
Tari yang dimainkan oleh seorang orang penari
2. Tari Berpasangan
Tari yang dimainkan lebih dari satu orang dan harus ada unsur saling melengkapi
3. Tari Massal
Tari yang dimainkan oleh lebih dari satu orang tanpa ada unsur saling melengkapi
4. Drama Tari
C. Unsur unsur Seni Tari
Tari mempunyai unsur dasar tersendiri yang mencakup tiga aspek, antara lain:
1. Wiraga, yaitu dasar keterampilan gerak dari serpihan fisik/tubuh penari, di antaranya gerakan jari-jari tangan,pergelangan tangan, siku-siku tangan, bahu, leher, muka dan kepala, lutut, mulut, jari-jari kaki, dada, perut, pinggul, biji mata, alis dan pergelangan kaki.
2. Wirama, yaitu suatu pola pengaturan dinamika untuk mencapai gerakan yang serasi menyerupai aksen dan tempo tarian. Wirama terbagi menjadi dua, yaitu wirama tandak dan wirama bebas.
3. Wirasa, yaitu tingkatan penjiwaan dan penghayatan dalam tarian yang diekspresikan melalui gerakan dan mimik wajah penari sehingga melahirkan keindahan, menyerupai halus, lembut, sedih, gembira, dan Iain-Iain.Agar gerakan dalam tarian terlihat lebih indah, maka diharapkan unsur-unsur pendukung terhadap tarian tersebut.
D. Unsur unsur pendukung seni
Unsur-unsur pendukung tariterdiri dari gerak, properti, iringan, tata busana/ kostum, dan tata pentas/panggung.
1. Gerak
Unsur pokok tari yakni gerak, gerak tari merupakan fungsional dari tubuh(gerak serpihan kepala,kaki, tangan, dan badan). Fungsi gerak yang dihasilkan oleh tubuh insan intinya sanggup dibedakan menjadi gerak keseharian,olahraga, gerak bermain, bekerja, dan gerak sehari-hari.Pada khususnya, tari lebih menekankan kepada gerak untuk berkesenian, di mana gerak dalam tari merupakan gerak yang sudah ditata indah. Gerakan bersifat lembutdan mengalir, serta terputus-putus dan tegas merupakan pola gerak yang menjadi ciri pembeda antara gerakan tari putra dan tari putri.
Gerak sanggup dibedakan menjadi: gerak maknawi, murni atau wantah, imitatif, dan imajinatif.
a. Gerak imitatif yakni gerakan tari yang dihasilkan dari eksplorasi gerak tiruan dari alam.
b. Gerak imajinatif yakni gerak yang dihasilkan rekayasa manusia.
c. Gerak maknawi adalah gerak tari yang mengandung arti atau maksud tertentu.
d. Gerak murni yakni gerak yang tidak mengandung arti, tetapi masih mempunyai unsur keindahan atau estetika.
2. Properti
Properti yakni semua peralatan yang digunakan untuk pementasan tari. Properti tari pada dasarnyadapat digunakan untuk memperlihatkan keindahan bentuk cita-cita tari secara baik, semoga kesan garapan tari akan lebih sempurna.Penggunaan properti tari harus mempertimbangkan jenis, fungsi, dan asas pakai properti secara baik dan benar. Hal ini dikarenakan proporsi penggunaan properti tari secara fundamental memilih penguasaanketerampilan penari secara pokok.Kualitas penguasaan penari atas properti tari yang digunakan, menjadi salah satu teknik tari yang dibutuhkan dalam format garapan tari yang berkuaiitas. Properti tari banyak ragam, bentuk, dan jenisnya.Properti yang sering digunakan antara lain mencakup selendang (sampur), kipas, rebana, payung, tongkat,keris, cundrik, pedang, mandau, tombak, gendang, piring, panah, dan Iain-Iain.
3. Iringan
Iringan dalam tari yakni pasangan yang serasi dalam membentuk kesansebuah tarian. Keduanya seiring dan sejalan sehingga hubungannya sangat erat dan sanggup membantu gerak lebih teratur dan ritmis.Musik yang dinamis sanggup menggugah suasana sehingga bisa membuat penonton memperoleh sentuhan rasa atau pesan tari. Oleh karenanya tari tersebut komunikatif.
4 Tata Busana/Kostum
Keberadaan kostum dalam sebuah pertunjukan bersifat mutlak, lantaran intinya suatu tarian sanggup terungkap dengan sempurna, jikaseluruh unsur pendukung hadir didalamnya. Salah satu unsur pendukung yang penting dalam suatu tarian yakni tata busana/kostum.Busana tari berfungsi untuk mendukung tema atau isi tari dan untuk memperjelas peranan-peranandalam suatu sajian tari. Busana tari secara umum terdiri atas baju, celana, kain, selendang, ikat kepala, mahkota, dan Iain-Iain.Tata busana untuk keperluan pementasan tafi biasanya dirancang khusus sesuai dengan tema tarinya. Alternatif materi untuk pembuat busana tari bermacam-macam, sanggup terbuat dari kain, kertas, plastik, daun atau apa saja yang ada di sekitar kita, yang sanggup dimanfaatkan untuk materi busana tari. Dalam tari tradisional, pada umumnya desain busana taritidakjauh berbeda dengan busana etika setempat.
5 Tata Pentas/Panggung
Tata pentas yakni penataan pentas untuk mendukung pergeiaran tari. Tata pentas bukap hanya untuk kepentingan pencapaian imbas artistik,namun juga berfungsi untuk membantu penciptaan suasana yangterkait dengan konsep tari. Di atas pentas biasanya dilengkapi dengan seperangkat benda-benda dan alat yang bekerjasama dengan tari, yang disebut dengan setting.Pentas yang dipahami dalam pengertian tempat menari dikenal dengan istilah panggung yang mempunyai dua jenis, yaitu jenis panggung tertutup dan terbuka.
Jenis panggung tertutup disebut dengan prosenium. Cirinya para penari atau pemain hanya sanggup dilihat dari satu arah pandang. Panggung tertutup berada dalam suatu ruangan yang disebut dengan auditorium.
Panggung terbuka yakni panggung yang berada di tempat terbuka dan tidak beratap. Bentuknya bermacam-macam, yaitu berbentuk arena, pendopo, di halaman pura, di halaman rumah atau di lapangan.
Ciri panggung terbuka yakni pemain atau penari sanggup dilihat dari banyak sekali arah pandan
E. Prinsip Tari
Terdapat beberapa prinsip dasar dari sebuah tarian yang penting untuk diketahui, yaitu:
1. Harmoni
Harmoni atau keselarasan, keselarasan antara gerak, lagu, dan gerak tarian antara penari yang satu dengan penari yang lain harus disusun menjadi sebuah rangkaian yang berkaitan, berkesinambungan dalam sebuah harmoni yang baik sehingga sanggup memberikan pesan yang dimaksud.Harmoni juga merupakan paduan penggunaan warna busana tari yang sanggup memberi kesan sebuah huruf dengan warna yang ada. Contohnya kuning dengan hijau, merah dengan biru atau kuning. Namun contohnya untuk huruf lincah misalnya, tidak memadukan hitam dengan ungu tua.
2. Keutuhan
Kesatuan dalam karya seni tari yakni membuat satu bentuk yang mempunyai keterkaitan unsur satu dengan yang lain berdasarkan sumber yang sama. Tari yakni pertunjukan yang bermaksud memberikan suatu pesan tanpa kata, hanya melalui mimik,gerak, lagu, dan tata busana. Oleh karenanya semua faktor yang harus ada didalam sebuah tarian harus terangkai dengan lengkap dan utuh.Jika kita ambil unsur terpenting yang menjadi titik pertemuan yang mengaitkan satu unsur dengan usur lainnya sehingga berakhir pada sebuah tujuan yang sama, kesatuan dan keutuhan sebuah karya seni tari adalah:
– Ide atau gagasan
– Tema
– Desain/motif gerak
– Dinamika iringan tari
– Dinamika rangkaian motif gerak
– Desain rias
– Desain busana
*.Ide/Gagasan dalam mengawali sebuah kreativitas harus terperinci akar sumbernya sehingga ketika tema ditentukan akan dengan gampang ke arah mana desain gerak/motif gerak hingga menjadi pola yang disusun menjadi sebuah bentuk yang mempunyai keterkaitan dengan tema tadi.
*.Gerak tari harus mengakibatkan kesan huruf tertentu semoga kreativitas pemilihan iringan tari terperinci menyusun dinamika dan suasana yang diinginkan karakternya.
*.Respons iringan tari akan menegaskan suasana yang diinginkan dalam setiap serpihan pola gerak. Keterbacaan suasana ini bergantung kepada penyusunan dinamika rangkaian motif gerak.
*.Keseluruhan unsur tadi harus didukung penegasan wujud visual dengan desain rias dan busana sebuah tari.
3. Keseimbangan
Harus ada kesimbangan antara kiprah dan pemain, lagu dan gerak, waktu dan usang pertunjukan. Sehingga pesan dari tarian sanggup tersampaikan dengan baik. Keseimbangan yang dimaksud yakni proporsional dalam mengolah dimensi ruang, waktu, tenaga yang ditentukan dengan jumlah dan ukuran. Proporsional dengan pemahaman bahwa bukan jumlah penari yang harus sama, tetapi kedudukannya seimbang dengan besarnya ruang atau arena pentas. Begitu pula dengan desain pola lantai kedudukan penari, durasi waktu penyajian seimbang dengan tema tarian, tidak bertele-tele menyerupai mengungkapkan sesuatu yang terlalu berbelit-belit. Harus proporsional memakai tenaga lantaran jikalau semua gerakan memakai tenaga yang kuat, akan menguras keringat penari dan melelahkan penonton.
Seni tari yaitu gerak tubuh secara berirama yang dilakukan ditempat serta waktu tertentu buat keperluan pergaulan, mengungkap perasaan, maksud, serta pikiran. Bunyi-bunyian yang dimaksud musik pengiring tari mengatur gerakan penari serta menguatkan maksud yang mau di sampaikan. Gerakan tari tidak sama dari gerakan sehari-hari menyerupai lari, jalan, atau bersenam. Gerak didalam tari tidaklah gerak yang realistis, tetapi gerak yang sudah di beri bentuk ekspresif serta estetis. Suatu tarian sesungguhnya yakni kombinasi dari sebagian buah unsur, yakni wiraga (raga), Wirama (irama), serta Wirasa (rasa). Ketiga unsur tersebut melebur jadi bentuk tarian yang serasi. Unsur paling utama dalam tari yaitu gerak. Gerak tari senantiasa melibatkan unsur anggota tubuh manusia. Unsur-unsur anggota tubuh itu di dalam membuat gerak tari bisa berdiri dengan sendiri, berhimpun maupun bersambungan.
SEJARAH SENI TARI
A. ZAMAN PRASEJARAH
Zaman prasejarah yakni zaman sebelum lahirnya kerajaan di Indonesia. Entuk dan wujud tariannya cenderung menirukan gerak alam lingkungannya yang bersifat imiatatif. Sebagai pola menirukan hewan yang akan diburu, pemujaan dan penyembuhan penyakit
B. ZAMAN INDONESIA HINDU
Pada zaman Indonesia hindu, seni tari mulai digarap dan banyak dipengaruhi oleh kebudayaan dar India. Beberapa jenis tari pada zaman Indonesia hindu seperi tari-tarian etika dan keagamaan berhasil disempurnakan menjadi tarian klasik yang beratistik tinggi. Sebagai pola wayang wong, wayang topeng.
C. ZAMAN INDONESIA ISLAM
Pada zaman Indonesia islam, seni mengalami keyaan penggarapannya kebanyakan di keraton yaitu kasutanan dan kesultanan. Kedua kerajaan tersebut berbagi identitasnya yang kesannya menjadi 2 jenis tari yaitu kasunanan dan kasultanan.
D. ZAMAN PENJAJAHAN
Pada zaman penjajahan, tari-tarian mengalami kesuraman alasannya yakni berada dalam suasana peperangan dan penjajahan.
E. ZAMAN SETELAH MERDEKA SAMPAI SEKARANG
Setelah merdeka, kiprah tari mulai difungsikan untuk keagamaan ataupun sebagai hiburan dan muncul banyak kreasi-kreasi gres ataupun penemuan terhadap seni tari klasik.
Pengertian TariA. ZAMAN PRASEJARAH
Zaman prasejarah yakni zaman sebelum lahirnya kerajaan di Indonesia. Entuk dan wujud tariannya cenderung menirukan gerak alam lingkungannya yang bersifat imiatatif. Sebagai pola menirukan hewan yang akan diburu, pemujaan dan penyembuhan penyakit
B. ZAMAN INDONESIA HINDU
Pada zaman Indonesia hindu, seni tari mulai digarap dan banyak dipengaruhi oleh kebudayaan dar India. Beberapa jenis tari pada zaman Indonesia hindu seperi tari-tarian etika dan keagamaan berhasil disempurnakan menjadi tarian klasik yang beratistik tinggi. Sebagai pola wayang wong, wayang topeng.
C. ZAMAN INDONESIA ISLAM
Pada zaman Indonesia islam, seni mengalami keyaan penggarapannya kebanyakan di keraton yaitu kasutanan dan kesultanan. Kedua kerajaan tersebut berbagi identitasnya yang kesannya menjadi 2 jenis tari yaitu kasunanan dan kasultanan.
D. ZAMAN PENJAJAHAN
Pada zaman penjajahan, tari-tarian mengalami kesuraman alasannya yakni berada dalam suasana peperangan dan penjajahan.
E. ZAMAN SETELAH MERDEKA SAMPAI SEKARANG
Setelah merdeka, kiprah tari mulai difungsikan untuk keagamaan ataupun sebagai hiburan dan muncul banyak kreasi-kreasi gres ataupun penemuan terhadap seni tari klasik.
1. Haukin menyatakan bahwa tari yakni ekspresi jiwa insan yang diubah oleh imajinasi dan diberi bentuk melalui media gerak sehingga menjadi bentuk gerak yang simbolis dan sebagai ungkapan si pencipta
2. Soedarsono menyatakan bahwa tari merupakan ekspresi jiwa insan yang diubah melalui gerak ritmis yang indah
3. Soeryodiningrat menyatakan bahwa tari merupakan gerak anggota tubuh yang selaras dengan bunyi musik atau gamelan diatur oleh irama sesuai dengan maksud tujuan tari
Tari merupakan salah satu cabang seni, dimana media ungkap yang digunakan yakni tubuh
4. Kamala Devi Chattopadhyaya Seorang kritikus dan seniman India, mendefinisikan tari sebagai gerakan-gerakan luar yang ritmis dan usang kelamaan tampak mengarah pada bentuk-bentuk tertentu.
5. Corry Hartong Menurut Corry Hartong, tari ialah gerakan yang berbentuk dari ritmis dari tubuh di dalam ruang.
Tari merupakan perpaduan antara wiraga,wirasa,dan wirama atau seni yang dihasilkan dari gerak mimic dan lezat dipandang, umumnya tariannya diiringi dengan musik
B. Bentuk Penyajian Tari
1. Tari TunggalTari yang dimainkan oleh seorang orang penari
2. Tari Berpasangan
Tari yang dimainkan lebih dari satu orang dan harus ada unsur saling melengkapi
3. Tari Massal
Tari yang dimainkan oleh lebih dari satu orang tanpa ada unsur saling melengkapi
4. Drama Tari
C. Unsur unsur Seni Tari
Tari mempunyai unsur dasar tersendiri yang mencakup tiga aspek, antara lain:
1. Wiraga, yaitu dasar keterampilan gerak dari serpihan fisik/tubuh penari, di antaranya gerakan jari-jari tangan,pergelangan tangan, siku-siku tangan, bahu, leher, muka dan kepala, lutut, mulut, jari-jari kaki, dada, perut, pinggul, biji mata, alis dan pergelangan kaki.
2. Wirama, yaitu suatu pola pengaturan dinamika untuk mencapai gerakan yang serasi menyerupai aksen dan tempo tarian. Wirama terbagi menjadi dua, yaitu wirama tandak dan wirama bebas.
3. Wirasa, yaitu tingkatan penjiwaan dan penghayatan dalam tarian yang diekspresikan melalui gerakan dan mimik wajah penari sehingga melahirkan keindahan, menyerupai halus, lembut, sedih, gembira, dan Iain-Iain.Agar gerakan dalam tarian terlihat lebih indah, maka diharapkan unsur-unsur pendukung terhadap tarian tersebut.
D. Unsur unsur pendukung seni
Unsur-unsur pendukung tariterdiri dari gerak, properti, iringan, tata busana/ kostum, dan tata pentas/panggung.
1. Gerak
Unsur pokok tari yakni gerak, gerak tari merupakan fungsional dari tubuh(gerak serpihan kepala,kaki, tangan, dan badan). Fungsi gerak yang dihasilkan oleh tubuh insan intinya sanggup dibedakan menjadi gerak keseharian,olahraga, gerak bermain, bekerja, dan gerak sehari-hari.Pada khususnya, tari lebih menekankan kepada gerak untuk berkesenian, di mana gerak dalam tari merupakan gerak yang sudah ditata indah. Gerakan bersifat lembutdan mengalir, serta terputus-putus dan tegas merupakan pola gerak yang menjadi ciri pembeda antara gerakan tari putra dan tari putri.
Gerak sanggup dibedakan menjadi: gerak maknawi, murni atau wantah, imitatif, dan imajinatif.
a. Gerak imitatif yakni gerakan tari yang dihasilkan dari eksplorasi gerak tiruan dari alam.
b. Gerak imajinatif yakni gerak yang dihasilkan rekayasa manusia.
c. Gerak maknawi adalah gerak tari yang mengandung arti atau maksud tertentu.
d. Gerak murni yakni gerak yang tidak mengandung arti, tetapi masih mempunyai unsur keindahan atau estetika.
2. Properti
Properti yakni semua peralatan yang digunakan untuk pementasan tari. Properti tari pada dasarnyadapat digunakan untuk memperlihatkan keindahan bentuk cita-cita tari secara baik, semoga kesan garapan tari akan lebih sempurna.Penggunaan properti tari harus mempertimbangkan jenis, fungsi, dan asas pakai properti secara baik dan benar. Hal ini dikarenakan proporsi penggunaan properti tari secara fundamental memilih penguasaanketerampilan penari secara pokok.Kualitas penguasaan penari atas properti tari yang digunakan, menjadi salah satu teknik tari yang dibutuhkan dalam format garapan tari yang berkuaiitas. Properti tari banyak ragam, bentuk, dan jenisnya.Properti yang sering digunakan antara lain mencakup selendang (sampur), kipas, rebana, payung, tongkat,keris, cundrik, pedang, mandau, tombak, gendang, piring, panah, dan Iain-Iain.
3. Iringan
Iringan dalam tari yakni pasangan yang serasi dalam membentuk kesansebuah tarian. Keduanya seiring dan sejalan sehingga hubungannya sangat erat dan sanggup membantu gerak lebih teratur dan ritmis.Musik yang dinamis sanggup menggugah suasana sehingga bisa membuat penonton memperoleh sentuhan rasa atau pesan tari. Oleh karenanya tari tersebut komunikatif.
4 Tata Busana/Kostum
Keberadaan kostum dalam sebuah pertunjukan bersifat mutlak, lantaran intinya suatu tarian sanggup terungkap dengan sempurna, jikaseluruh unsur pendukung hadir didalamnya. Salah satu unsur pendukung yang penting dalam suatu tarian yakni tata busana/kostum.Busana tari berfungsi untuk mendukung tema atau isi tari dan untuk memperjelas peranan-peranandalam suatu sajian tari. Busana tari secara umum terdiri atas baju, celana, kain, selendang, ikat kepala, mahkota, dan Iain-Iain.Tata busana untuk keperluan pementasan tafi biasanya dirancang khusus sesuai dengan tema tarinya. Alternatif materi untuk pembuat busana tari bermacam-macam, sanggup terbuat dari kain, kertas, plastik, daun atau apa saja yang ada di sekitar kita, yang sanggup dimanfaatkan untuk materi busana tari. Dalam tari tradisional, pada umumnya desain busana taritidakjauh berbeda dengan busana etika setempat.
5 Tata Pentas/Panggung
Tata pentas yakni penataan pentas untuk mendukung pergeiaran tari. Tata pentas bukap hanya untuk kepentingan pencapaian imbas artistik,namun juga berfungsi untuk membantu penciptaan suasana yangterkait dengan konsep tari. Di atas pentas biasanya dilengkapi dengan seperangkat benda-benda dan alat yang bekerjasama dengan tari, yang disebut dengan setting.Pentas yang dipahami dalam pengertian tempat menari dikenal dengan istilah panggung yang mempunyai dua jenis, yaitu jenis panggung tertutup dan terbuka.
Jenis panggung tertutup disebut dengan prosenium. Cirinya para penari atau pemain hanya sanggup dilihat dari satu arah pandang. Panggung tertutup berada dalam suatu ruangan yang disebut dengan auditorium.
Panggung terbuka yakni panggung yang berada di tempat terbuka dan tidak beratap. Bentuknya bermacam-macam, yaitu berbentuk arena, pendopo, di halaman pura, di halaman rumah atau di lapangan.
Ciri panggung terbuka yakni pemain atau penari sanggup dilihat dari banyak sekali arah pandan
E. Prinsip Tari
Terdapat beberapa prinsip dasar dari sebuah tarian yang penting untuk diketahui, yaitu:
1. Harmoni
Harmoni atau keselarasan, keselarasan antara gerak, lagu, dan gerak tarian antara penari yang satu dengan penari yang lain harus disusun menjadi sebuah rangkaian yang berkaitan, berkesinambungan dalam sebuah harmoni yang baik sehingga sanggup memberikan pesan yang dimaksud.Harmoni juga merupakan paduan penggunaan warna busana tari yang sanggup memberi kesan sebuah huruf dengan warna yang ada. Contohnya kuning dengan hijau, merah dengan biru atau kuning. Namun contohnya untuk huruf lincah misalnya, tidak memadukan hitam dengan ungu tua.
2. Keutuhan
Kesatuan dalam karya seni tari yakni membuat satu bentuk yang mempunyai keterkaitan unsur satu dengan yang lain berdasarkan sumber yang sama. Tari yakni pertunjukan yang bermaksud memberikan suatu pesan tanpa kata, hanya melalui mimik,gerak, lagu, dan tata busana. Oleh karenanya semua faktor yang harus ada didalam sebuah tarian harus terangkai dengan lengkap dan utuh.Jika kita ambil unsur terpenting yang menjadi titik pertemuan yang mengaitkan satu unsur dengan usur lainnya sehingga berakhir pada sebuah tujuan yang sama, kesatuan dan keutuhan sebuah karya seni tari adalah:
– Ide atau gagasan
– Tema
– Desain/motif gerak
– Dinamika iringan tari
– Dinamika rangkaian motif gerak
– Desain rias
– Desain busana
*.Ide/Gagasan dalam mengawali sebuah kreativitas harus terperinci akar sumbernya sehingga ketika tema ditentukan akan dengan gampang ke arah mana desain gerak/motif gerak hingga menjadi pola yang disusun menjadi sebuah bentuk yang mempunyai keterkaitan dengan tema tadi.
*.Gerak tari harus mengakibatkan kesan huruf tertentu semoga kreativitas pemilihan iringan tari terperinci menyusun dinamika dan suasana yang diinginkan karakternya.
*.Respons iringan tari akan menegaskan suasana yang diinginkan dalam setiap serpihan pola gerak. Keterbacaan suasana ini bergantung kepada penyusunan dinamika rangkaian motif gerak.
*.Keseluruhan unsur tadi harus didukung penegasan wujud visual dengan desain rias dan busana sebuah tari.
3. Keseimbangan
Harus ada kesimbangan antara kiprah dan pemain, lagu dan gerak, waktu dan usang pertunjukan. Sehingga pesan dari tarian sanggup tersampaikan dengan baik. Keseimbangan yang dimaksud yakni proporsional dalam mengolah dimensi ruang, waktu, tenaga yang ditentukan dengan jumlah dan ukuran. Proporsional dengan pemahaman bahwa bukan jumlah penari yang harus sama, tetapi kedudukannya seimbang dengan besarnya ruang atau arena pentas. Begitu pula dengan desain pola lantai kedudukan penari, durasi waktu penyajian seimbang dengan tema tarian, tidak bertele-tele menyerupai mengungkapkan sesuatu yang terlalu berbelit-belit. Harus proporsional memakai tenaga lantaran jikalau semua gerakan memakai tenaga yang kuat, akan menguras keringat penari dan melelahkan penonton.
pengertian tari tradisional yakni suatu tarian yang tumbuh dan berkembang di suatu kawasan tertentu yang dianut secara turun temurun oleh masyaraktnya. Tari tradisional umumnya mempunyai nilai historis yang tinggi, pedoman yang luas, dan berpijak pada pembiasaan etika istiadat lingkungan sekitar tempat tumbuhnya.
Berdasarkan koreografinya, tari tradisional sanggup dibagi menjadi 3 jenis yaitu tari rakyat, tari klasik, dan tari kreasi baru.
1. Pengertian Tari Rakyat (Tari Folklasik) Tari rakyat yakni jenis tari tradisional yang lahir dari kebudayaan masyarakat lokal, hidup dan berkembang semenjak zaman primitif, dan diturunkan secara turun temurun hingga sekarang. Tari rakyat atau juga dikenal dengan sebutan tari folklasik umumnya mempunyai beberapa ciri khas antara lain kental dengan nuansa sosial, merujuk pada etika dan kebiasaan masyarakat, serta mempunyai gerak, rias, dan kostum yang sederhana. Beberapa pola tari tradisional yang masuk dalam kategori tari rakyat antara lain tari Lengger, Tayub, Orek-Orek, tari Piring, Joget, Kubrasiwa, Buncis, Ndulalak, Sintren, Angguk, dan tari Rodat. Perlu diketahui bahwa tari rakyat umumnya juga sarat dengan nilai magis.
2. Pengertian Tari Klasik Pengertian tari klasik yakni tari tradisional yang lahir di lingkungan keraton, hidup dan berkembang semenjak zaman feodal, dan diturunkan secara turun temurun di kalangan bangsawan. Tari klasik umumnya mempunyai beberapa ciri khas antara lain berpedoman pada pakem tertentu (ada standarisasi), mempunyai nilai estetis yang tinggi dan makna yang dalam, serta disajikan dalam penampilan yang serba glamor mulai dari gerak, riasan, hingga kostum yang dikenakan. Beberapa pola tari tradisional yang masuk dalam kategori tari klasik antara lain tari bedaya, srimpi, lawung ageng, lawung alit, Gathotkaca Gandrung, Bondabaya, Bandayuda, Palguna-palgunadi, Retna Tinanding, dan tari Srikandi Bisma.
3. Pengertian Tari Kreasi Baru Pengertian tari kreasi gres yakni tari klasik yang diaransemen dan dikembangkan sesuai perkembangan zaman, namun tetap mempertahankan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Tari kreasi gres umumnya diciptakan oleh para pakar tari. Beberapa tari kreasi sanggup kita lihat pada karya-karya Bagong Kusudiarjo dan Sauti. Contoh tari kreasi gres contohnya Tari Kupu-Kupu, Tari Merak, Tari Roro Ngigel, Tari Ongkek Manis, Tari Manipuri, dan Tari Roro Wilis.
Jenis,Peran dan Perkembangan Tari Nusantara
• Secara Pasti sulit menghitung jenis Tari Tradisional
• Suatu tari tradisional diciptakan, hidup dan berkembang pada suatu wilaya hetnik dan budaya tertentu.
• Jenis tari tradisional sesuai dengan jumlah wilayah etnik dan budaya dinusantara
• Suatu tari tradisional diciptakan, hidup dan berkembang pada suatu wilaya hetnik dan budaya tertentu.
TARI LENGGER
• Tari jenis pergaulan
• Dari Banyumas Jawa Tengah
PERAN TARI TRADISIONAL
• Peran artinya fungsi dan guna
• Hampir sebagian besar tari tradisional mempunyai peranan besar dalam aktivitasmasyarakat dimana tarian tersebut tumbuh dan berkembang
• Fungsi tari tradisional dikaitkan dengan ha-hal :
1.Perhelatan
2.Magi-Simpatetis
3.Kepentingan sosial
4.Kepentingan ritual
Perkembangan Tari Tradisional tidak lepas dari sejarah.Karena sejarah dan budaya seiring sejalan,Artinya bahwa semenjak insan mengenal sejarah maka bersamaan pula mengenal budaya.
• Kutai di Kalimantan era IV M.
• Tarumanegara di Jabar era V M , rajanya terkenal Purnawarman
• Kalinnga(Keling) di Jateng era V, rajanya Ratu Shima.
• Mataram Hindu di Jateng era VII, rajanya yang terkenal Syailendra dan Sanjaya.
• Sriwijaya di Sumatra era VII M
• Di Jatim ada Kediri(Daha), Jenggala, Singosari, dan Majapahit era XIII
• Setelah Majapahit runtuh muncul Kerajaan Islam yaitu Demak, Pajang, dan Mataram
• Kasunanan Surakarta
• Kasultanan Yogyakarta
• Setiap kerajaan biasanya ada upacara sakral, sebagai embel-embel tercipta berbagai tari.
• Setiap bentuk tarian tertentu dianggap mempunyai makna dan nilai filosofis tinggi sesuai kebutuhan raja masing-masing periode.
• Karya tari setiap periode berbeda bentuk, model, dan kualitasnya.
• Ada Tari yang masih dikenal hingga kini, seperti
tari topeng
• Ada tari yang mengalami perubahan menyerupai tari
Gambyong, Srimpi , dan Bedhaya
• Tari yang mandek dan punah, seperti Tayub lesung dan ketoprak lesung.
TARI TOPENG
Mengalami puncak kejayaan pada jaman Majapahit Raja Hayam Wuruk tercatat sebagai penari topeng yang tampil pada acara-acara khusus Hal ini tersurat pada Kitab Nagarakertagama ( Empu Prapanca ) bahwa pada penutupan perayaan bulan
Caitra diadakan atraksi tarian besar-besaran dimana raja ikut bernyanyi dan menari
Warisan kerajaan Majapahit yakni :
1.Tari Topeng Klana
2.Tari Topeng Gunungsari
• Sunan Kalijaga pencipta wayang topeng di Demak
• Paku Bhuwono II ( 1700-1750), berbagi tari topeng di Keraton Mataram (Islam)
• Tahun 1918 berdiri sekolah
Tari Krida Beksa Wirama
di Yogyakarta dipelopori oleh Pangeran Tedjo Kusumo dan Pangeran Suryadiningrat.
• Dari sekolah tari tersebut lahir maestro tari Wisnoe Wardana dan Bagong Kussudiardjo.
• Tahun 1930 I Ketut Mario di Bali membuat gaya kebyar dengan tari Kebyar Duduk dan Oleg Tamulilingan.
• Tahun 1961 tercipta jenis tari Sendratari yang diawali dengan Sendratari Ballet Ramayana di Prambanan
Perkembangan Tari Masa Kini
Berdirinya akademi tinggi seni tari melahirkan banyak sekali kreasi tari serta saling mempengaruhi gaya tari antar kawasan Contoh :
• Tari Manukrawa ( Bali ) terpengaruh gaya Tari merak ( Jawa )
• Tari Kembang Janger ( Bali) ada warna tari lengger ( jawa )
Adanya Event nasional dan kawasan melahirkan banyak sekali kreasi tari tradisional dan modern Contoh :
• Pesta Kesenian Bali setiap tahun melahirkan banyak sekali tari kreasi daerah
• Pagelaran Swara Mahardika yang dipelopori Guruh Sukarno Putra memadukan seni kawasan dan modern
KE UNIKAN TARI NUSANTARA
Unik artinya KHAS atau ciri khusus yang membedakan Tari kawasan yang satu dengan Tari Daerah yang lain.Ke unikan Tari Tunggal Nusantara
• Keunikan Gerak
• Keunikan Kostum
• Keunikan Iringan
• Dari sisi gerak tari tunggal mempunyai keunikan yang mewakili rasa, estetik dan kepentingan masyarakat pemiliknya
• Dari segi ekspresi, tari tunggal memperlihatkan kebebasan lebih dan ekspresi total kepada penari
• Sedangkan tari berpasangan, penari terikat pada hukum bersama pasangan atau kelompoknya.
• Kostum Tari masing-masing kawasan sesuai dengan budaya pakaian kawasan setempat.
•Kostum Tari biasanya dibuat untuk mendukung sesuatu yang digambarkan dalam tari tersebut
Keunikan kostum masing-masing kawasan dalam bentuk :
• Bahan yang digunakan
• Desain/motif
• Cara Penggunaan
• Bagian-bagian kostum
Keunikan Iringan Tari sanggup berupa :
• Bahan/alat Musik iringan.
• Laras Nada
• Cara penggunaan alat
• Jumlah alat yang digunakan
Keunikan Nada :
• Laras Slendro
• Laras nada
• Suara alam
Keunikan Cara Menggunakan :
• Dipukul pakai alat
• Dipukul Pakai tangan
• Digesek
• Ditiup
Ide sanggup muncul dari hasil apresiasi karya tari atas dasar pengalaman dalam kegiatan kehidupan dan kegiatan lainnya Untuk sanggup mengekspresikan ide ke dalam bentuk tari maka terlebih dahulu harus dipahami perihal :
• Pengertian Estetika/Keindahan
• Pengertian Seni Tari
• Apresiasi dan pengalaman banyak sekali tari tradisional dan non tradisional
Pengertian Estetika/Keindahan Adalah emosi yang tercipta akhir terjadinya jawaban seseorang atau sekelompok orang terhadap sesuatu benda atau kejadian melalui penglihatan, indera pendengaran atau pun pengalaman langsung.TARI merupakan perpaduan cabang-cabang seni yang mencakup :
• Seni Gerak ( Tari )
• Seni Musik ( Iringan )
• Seni Rupa ( Rias dan kostum )
• Seni Teater ( teknik pentas dan tata lampu ) GERAK Inti dari tari yakni gerakan tubuh manusia.Gerak mempunyai unsur-unsur :
1.Ruang
2.Tenaga
3.Waktu
SENI MUSIK
Sebagai iringan tari mempunyai fungsi untuk :
• Membantu gerak semoga lebih teratur dan ritmis
• Membangun suasana semoga pesan tari tersampaikan
• Pemberi tekanan-tekanan dalam gerak
Seni Rupa sebagai serpihan Tari berbentuk tata rias dan kostum
• Peranan rias dan kostum untuk memperlihatkan sumbangan secara total atas pesan-pesan yang akan disampaikan dalam tari tersebut
• Peranan rias dan kostum untuk memperlihatkan sumbangan secara total atas pesan-pesan yang akan disampaikan dalam tari tersebut
Peranan seni teater dalam tari yakni pada serpihan penataan komposisi penari serta tata lampu
• Komposisi memperlihatkan keseimbangan posisi penari sehingga indah dan nyaman untuk disaksikan
• Tata lampu memperlihatkan pementingan suasana pesan tari.
SEJARAH TEATER
Kebanyakan dari kita menerka bahwa drama berasal dari Yunani Kuno. Namun demikian, sebuah buku yang berjudul A History of the theatre membuktikan pada kita bahwa pemujaan pada Dionisus, yang kelak diubah kedalam pameran drama di Yunani, berasal dari Mesir Kuno. Tek Piramid yang bertanggal 4000SM. Adalah naskah Abydos Passion Play yang terkenal. Tentu saja para pakar masih mewaspadai apakah teks itu drama atau bukan sebelum Gaston Maspero membuktikan bahwa dalam teks tersebut ada petunjuk action dan indikasi banyak sekali tokohnya.
Ada tiga macam teori yang mempersoalkan asal mula drama. Menurut Brockett, drama mungkin telah berkembang dari upacara religius primitif yang dipentaskan untuk minta pertolongan dari Dewa. Upacara ini mengandung banyak benih drama. Para pendeta sering memerankan mahkluk super alami atau binatang; dan kadang – kadang memalsukan action berburu, misalnya. Kisah-kisah berkembang sekitar beberapa ritus dan tetap hidup bahkan sehabis upacara itu sendiri sudah tidak diadakan lagi. Kelak mite-mite itu merupakan dasar dari banyak drama.
Teori kedua memberi kesan bahwa himne kebanggaan dinyanyikan bersama didepan makam seorang pahlawan. Pembicara memisahkan diri dari koor dan memperagakan perbuatan-perbuatan dalam kehidupan almarhum hero itu. Bagian yang diperagakan makin usang makin rumit dan koor tidak digunakan lagi. Seorang kritisi memberi kesan bahwa sementara koor makinlama makin kurang penting, muncul pembicara lain. Dialog mulai terjadi ketika ada dua pembicara diatas panggung.
Teori ketiga memberi kesan bahwa drama tumbuh dari kecintaan insan untuk bercerita. Kisah – kisah yang diceritakan disekeliling api perkemahan membuat kembali kisah – kisah perburuan atau peperangan, atau perbuatan gagah seorang hero yang telah gugur. Ketiga teaori itu merupakan cikal-bakal drama. Meskipun tak seorang pun merasa niscaya mana yang terbaik, harus diingat bahwa ketiganya membicarakan perihal action. Konon, action yakni intisari dari seni pertunjukan.
B. UNSUR POKOK PENDUKUNG SENI TARI DAN TEATER
UNSUR PENDUKUNG TEATER
Unsur-unsur dalam teater antara lain:
1. Naskah/Skenenario
Naskah/Skenario berisi kisah dengan nama tokoh dan diaolog yang duicapkan.
2. Skenario
Skenario merupakan nsakah drama (besar) atau film, yang isinya lengkap, seperti : keadaan, properti, nama tokoh, karakter, petunjuk akting dan sebagainya. Tujuan dari naskah/skenario untuk sutradara semoga penyajiannya lebih realistis.
3. Pemain/Pemeran/Tokoh
Pemain merupakan orang yang memeragakan tokoh tertentu pada film/sinetron biasa disebut aktris/aktor.
1. Naskah/Skenenario
Naskah/Skenario berisi kisah dengan nama tokoh dan diaolog yang duicapkan.
2. Skenario
Skenario merupakan nsakah drama (besar) atau film, yang isinya lengkap, seperti : keadaan, properti, nama tokoh, karakter, petunjuk akting dan sebagainya. Tujuan dari naskah/skenario untuk sutradara semoga penyajiannya lebih realistis.
3. Pemain/Pemeran/Tokoh
Pemain merupakan orang yang memeragakan tokoh tertentu pada film/sinetron biasa disebut aktris/aktor.
UNSUR PENDUKUNG SENI TARI
Dalam sebuah tarian antara tubuh, gerak komposisi tari tidak sanggup dipisahkan.Dalam sebuah tarian terdapat unsur-unsur yang membangunnya yakni unsur gerak, tenaga dan waktu.
1. GERAK
Gerak didalam tarian bukanlah gerak menyerupai dalam kehidupan sehari-hari. Gerak tari yakni gerak yang telah mengalami perubahan atau proses stilasi dari gerak wantah (asli) ke gerak murni dan gerak maknawi. Gerak wantah yang telah mengalami stilasi itu kesannya sanggup dilihat dan dinikmati lantaran menjadi gerakan yang mempunyai nilai estetik (gerak murni dan gerak gerak maknawi). Gerak wantah contohnya mencangkul, membatik dll.gerak wantah gampang dipahami sebalikknya gerak murni dan maknawitidak gampang dipahamikarena sudah mengalami proses stilisasi atau perubahan baik penambahan dan pengurangan. Gerak murni merupakan gerak wantah yang telah diubah menjadi gerak yang indah namun tak bermakna. Gerak maknawi yakni gerak wantah merupakan gerak yang telah diubah menjadi gerak indah yang bermakna
2. UNSUR TENAGA
Penggunakaan tenaga dalam gerak tari mencakup :
a. intensitas berkaitan dengan kuantitas tenaga dalam tarian yang menghasilkan tingkat ketegangan gerak
b. Aksen/tekanan muncul ketika gerakan dilakukan secara tiba-tiba dan kontras
c. Kualitas berkaitan dengan cara penggunakaan atau penyaluran tenaga.
3.UNSUR RUANG
Unsur ruang yang dimaksudkan sebagai unsur tari terbagi dua yakni ruang yang diciptakan oleh penari dan ruang pentas atau ruang tempat penari melaksanakan gerak.
Ruang yang diciptakan penari yakni ruang yang dibatasi oleh imajinasi penari berupa jarak yang terjauh yang sanggup dijangkau oleh tangan dan kakinya dalam posisi tidak pindah tempat.
Ruang pentas yakni arena yang digunakan oleh penari yang biasa disebut dengan panggung, lapangan atau halaman terbuka.
4. UNSUR WAKTU
Dalam unsur waktu juga memilih dalam membangun gerak tari. Dalam unsur waktu ada 2 faktor yang sangat penting yaitu ritme dan tempo. Ritme dalam gerak tari memperlihatkan ukuran waktu dari setiap perubahan detail gerak, ritme lebih mengarah pada ukuran cepat atau lambat setiap gerakan yang sanggup dicapai .
Dalam sebuah tarian antara tubuh, gerak komposisi tari tidak sanggup dipisahkan.Dalam sebuah tarian terdapat unsur-unsur yang membangunnya yakni unsur gerak, tenaga dan waktu.
1. GERAK
Gerak didalam tarian bukanlah gerak menyerupai dalam kehidupan sehari-hari. Gerak tari yakni gerak yang telah mengalami perubahan atau proses stilasi dari gerak wantah (asli) ke gerak murni dan gerak maknawi. Gerak wantah yang telah mengalami stilasi itu kesannya sanggup dilihat dan dinikmati lantaran menjadi gerakan yang mempunyai nilai estetik (gerak murni dan gerak gerak maknawi). Gerak wantah contohnya mencangkul, membatik dll.gerak wantah gampang dipahami sebalikknya gerak murni dan maknawitidak gampang dipahamikarena sudah mengalami proses stilisasi atau perubahan baik penambahan dan pengurangan. Gerak murni merupakan gerak wantah yang telah diubah menjadi gerak yang indah namun tak bermakna. Gerak maknawi yakni gerak wantah merupakan gerak yang telah diubah menjadi gerak indah yang bermakna
2. UNSUR TENAGA
Penggunakaan tenaga dalam gerak tari mencakup :
a. intensitas berkaitan dengan kuantitas tenaga dalam tarian yang menghasilkan tingkat ketegangan gerak
b. Aksen/tekanan muncul ketika gerakan dilakukan secara tiba-tiba dan kontras
c. Kualitas berkaitan dengan cara penggunakaan atau penyaluran tenaga.
3.UNSUR RUANG
Unsur ruang yang dimaksudkan sebagai unsur tari terbagi dua yakni ruang yang diciptakan oleh penari dan ruang pentas atau ruang tempat penari melaksanakan gerak.
Ruang yang diciptakan penari yakni ruang yang dibatasi oleh imajinasi penari berupa jarak yang terjauh yang sanggup dijangkau oleh tangan dan kakinya dalam posisi tidak pindah tempat.
Ruang pentas yakni arena yang digunakan oleh penari yang biasa disebut dengan panggung, lapangan atau halaman terbuka.
4. UNSUR WAKTU
Dalam unsur waktu juga memilih dalam membangun gerak tari. Dalam unsur waktu ada 2 faktor yang sangat penting yaitu ritme dan tempo. Ritme dalam gerak tari memperlihatkan ukuran waktu dari setiap perubahan detail gerak, ritme lebih mengarah pada ukuran cepat atau lambat setiap gerakan yang sanggup dicapai .
C. TUJUAN SENI TARI DAN TEATER
ü Menyalurkan hobi
ü Berkelompok (Bersosialisasi)
ü Pembentukan Postur Tubuh
ü Apresiasi dramatik.
ü Pengembangan ujar
ü Mempertajam kepekaan emosi
ü Meningkatkan pemahaman
1. Makna teater
Awalnya teater yakni wadah/sanggar kesenian tempat mempersiapkan seni pertunjukkan. Istilah tersebu kemudian berkembang menjadi:
- Gedung pertunjukan drama atau film.
- Sanggar dan organisasi sekelompok insan yang beraktivitas di bidang seni pertunjukan drama.
- Drama bukan dari segi huruf cerita, tapi dari teknik latihan dan kreativiasnya.
2. Peranan Teater
Dalam perkembangannya, seni teater menyerupai bentuk seni yang lain mempunyai beberapa peranan sebagai berikut.
- Media Ekspresi: Salah satu kebutuhan insan yakni menyalurkan naluri untuk berekspresi melalu gerak dan ucapan bermakna. Dalam kehidupan insan selalu ada hal-hal yang mengakibatkan gejolak psikologis. Salah satu cara mengatasi gejolah tersebut yakni dengan berekspresi melalui peniruan/ manipulasi bentuk-bentuk kehidupan dan permasalahan insan itu sendiri. Maka, lahirlah seni teater.
- Media Komunikasi: Seringkali, ide dan pesan sulit disampaikan dengan bahasa langsung. Ketidaksiapan intelektual, emosional, dan spiritual dikala mendapatkan informasi membuat tidak semua insan mau mengerti atau mendapatkan pesan, terutama yang bertentangan dengan kepentingannya. Teater sanggup mengungkap dan memanipulasi realitas dongeng secara jujur, adil/tidak memihak, menyeluruh.lengkap sehingga sanggup menyentuh nurani dan nalar sehat manusia. Dengan pertunjukan yang menyentuh nilai-nilai manusiawi, kita berharap masih ada sisi baik dari insan yang bisa mendapatkan himbauan/ide untuk kebaikan bersama. Bentuk media komunkasi teatrikal ini sering lebi efektif daripada komunikasi eksklusif yang informasinya kurang kompleks/menyeluruh. Dengan mempertimbangkan segala aspek dari persiapan yang mapan, teater sanggup bertindak sebagai media komunikasi yang baik.
- Media Pengembangan Potensi dan Kreativitas: Potensi yang dimiliki insan tidak sama, dengan demikian maka insan hidup saling melengkapi. Demikian pula dalam bidang seni. Orang yang berpotensi besar melaksanakan sesuatu untuk orang berpotensi kecil yang kurang bisa memenuhi kebutuhannya. Seni teater sebagai media ekspresi dan komunikasi, membutuhkan manusia-manusia berbakat semoga penyajiannya berkesan dan membawa dampak positif yang bermanfaat. Seiring perubahan zaman, insane teater selalu di tuntut untuk berpikir kreatif dalam berbagi bidangnya. Dengan demikian akan dihasilkan karya-karya yang makin baik dan menyenangkan sebagai hiburan yang mendidik.
Mengidentifikasi Makna dan Peranan Teater Tradisional Mancanegara
Sebagaimana telah kita ketahui sebelumnya seni teater di Indonesia terdiri atas dua jenis, yaitu seni teater tradisional dan teater nontradisional (modern). Nah apakah anda tahu letak perbedaannya?
Seni teater Tradisional masih terikat pada hukum tradisi kawasan masing-masing, contohnya kostum, panggung, jalinan lakon, dan jumlah pemainnya. Sementara itu, seni teater nontradisional (modern) sudah melepaskan diri dari ikatan tersebut.
Selain itu, yang menjadi perbedaan di antara keduanya yakni penggunaan naskah drama. Jika seni teater tradisional belum memakai naskah drama (cerita disampaikan eksklusif oleh sutradara), seni teater modern disampaikan eksklusif oleh sutradara, seni teater modern memakai naskah drama. Naskah drama yang digunakannya bervariasi, ada yang merupakan hasil kreativitas goresan pena sendiri ataupun berupa naskah terjemahan.
Seiring dengan perkembangannya, seni teater di mancanegara juga mengalami banyak sekali perubahan. Seni teater yang bermula dari tradisional, kini mulai bergeser ke modern. Perubahan itu diperlihatkan di banyak sekali negara di Asia, menyerupai Cina, Jepang, Thailand, dan India. Berikut ini yakni pola seni teater tradisional mancanegara (Asia).
Seni teater Tradisional masih terikat pada hukum tradisi kawasan masing-masing, contohnya kostum, panggung, jalinan lakon, dan jumlah pemainnya. Sementara itu, seni teater nontradisional (modern) sudah melepaskan diri dari ikatan tersebut.
Selain itu, yang menjadi perbedaan di antara keduanya yakni penggunaan naskah drama. Jika seni teater tradisional belum memakai naskah drama (cerita disampaikan eksklusif oleh sutradara), seni teater modern disampaikan eksklusif oleh sutradara, seni teater modern memakai naskah drama. Naskah drama yang digunakannya bervariasi, ada yang merupakan hasil kreativitas goresan pena sendiri ataupun berupa naskah terjemahan.
Seiring dengan perkembangannya, seni teater di mancanegara juga mengalami banyak sekali perubahan. Seni teater yang bermula dari tradisional, kini mulai bergeser ke modern. Perubahan itu diperlihatkan di banyak sekali negara di Asia, menyerupai Cina, Jepang, Thailand, dan India. Berikut ini yakni pola seni teater tradisional mancanegara (Asia).
1. Cina
Sama halnya dengan di Indonesia, seni teater tradisional tumbuh subur di Cina. Hal ini sanggup dilihat dari banyak sekali teater tradisional yang muncul di kawasan Tiongkok menyerupai Opera Huang Mei, Opera Kunjun, Opera Yu Ju, dan Opera Peking. Berikut ini uraian mengenai opera-opera tersebut.
a. Opera Huang Mei
Opera Huang Mei yang berjulukan orisinil "Melodi Huang Mei" atau "Opera Cai Cha" merupakan sejenis opera kecil di kalangan rakyat yang terbentuk di kawasan perbatasan provinsi-provinsi Anhui, Hubei dan Jiangxi. Salah satu alirannya kemudian menyebar luas ke kawasan An Qing dengan Kabupaten Huai Ning. Dalam perkembangannya, Opera Huang Mei berpadu dengan seni kalangan rakyat setempat, menyerupai menyanyi dan bercerita dengan bahasa setempat. Akhirnya, terbentuklah ciri khas pribadi.
Inilah asal mula Opera Huang Mei. Pertunjukan Opera Huang Mei pada masa awal mengutamakan ciri khas menyanyi sambil menari, Pemainnya kebanyakan yakni kaum tani dan pekerja kerajinan tangan.
Opera Huang Mei terutama menceritakan kehidupan sehari-hari dengan gaya lagu kalangan rakyat.
b. Opera Kun Ju
Dalam proses perubahan sejarah, Opera Kun Ju pernah diberi banyak sekali nama menyerupai "Nada Kun Shan", "Irama Kun Diao", "Melodi kun Qu" dan "Melodi Selatan". Yang dimaksud Opera Kun Ju yakni sejenis opera yang mengutamakan seni penampilan. Masa kemakmuran Opera Kun Ju berlangsung selama 230 tahun.
Perkembangan Opera Kun Ju mencerminkan pertumbuhan opera di Tiongkok dan mempunyai dampak eksklusif terhadap pembentukan dan perkembangan opera-opera lainnya di Tiongkok.
c. Opera Yu Ju
Opera Yu Ju disebut juga sebagai "HenanBangzi". Sebutan Opera Yu Ju mulai digunakan semenjak berdirinya Republik Rakyat Tiongkok. Opera Yu Ju yang merupakan salah satu opera yang paling besar lengan berkuasa sangat popular di provinsi dan kawasan menyerupai Henan, Hebei, Shandong, Shanix, Hubei, Ningxia, Qinghai dan Xinjiang.
Opera Yu Ju timbul pada simpulan masa Dinasti Ming (1368-1644) dan masa awal Dinasti Qing (1616-1811). Pada awalnya Opera Yu Ju mengutamakan nyanyian tanpa di iringi pemain instrumen musik. Perkembangannya cepat lantaran digemari umum.
Opera Yu atau Opera Henan terutama di iringi oleh alat-alat musik sebagai berikut.
Erhu, semacam rebab Tiongkok berdawai dua.
Sanxian, Semacam alat musik berdawai tiga.
Pipa, semacam alat musik petik tradisional Tiongkok, seruling bambu.
Sheng, sejenis alat musik tiup yang dibuat dari pipa-pipa buluh.
Suona, semacam terompet tradisional Tiongkok. Matranya berdasarkan kecrek serta berirama cepat dan riang.
d. Opera Peking
Opera peking ini sangat terkenal di Cina. Kepopuleran opera ini sanggup dilihat dari sejarah munculnya opera ini. Opera Peking yang disebut sebagai Opera Timur yakni inti sari opera Tiongkok yang tulen. Dinamakan Opera Peking lantaran terbentuk di kota tersebut (Beijing dulu dinamakan Peking).
Opera Peking sudah bersejarah 200 tahun lebih. Asal usulnya sanggup ditelusuri pada beberapa opera kawasan yang bersejarah lama, khususnya Huiban, opera kawasan yang terkenal di Tiongkok Selatan pada era ke-18.
Pada tahun 1790, Huiban atau rombongan opera Anhui pertama kali tiba ke Beijing untuk ambil serpihan dalam pertunjukan perayaan hari ulang tahun kaisar. Kemudian, disusul banyak Huibanyang berdatangan ke Beijing untuk mengadakan pertunjukan.
Huiban yang mengadakan pertunjukan keliling pintar menyerap lakon dan metode pertunjukan jenis opera lain. Meskipun di Beijing terdapat banyak jenis opera, Huiban mencapai kemajuan pesat di bidang kesenian.
Pada simpulan era ke-19 dan awal era ke-20, opera Peking terbentuk melalui proses pembauran selama puluhan tahun, dan menjadi jenis opera terbesar di Tiongkok. Opera Peking yakni jenis opera nomor satu di Tiongkok.
2. Jepang
Pertunjukan dramatira yang terkenal di Jepang yakni Kabuki yang dikenal semenjak tahun 1603. Pertama kali Kabuki diperankan oleh seorang perempuan berjulukan Okuni di Kuil Kitano Temmangu, Kyoto.
Kemungkinan besar Okuni yakni seorang miko asal Kuli Izumo Taisha, tapi mungkin juga seorang kawaramono (sebutan menghina buat orang kasta rendah yang tinggal di tepi sungai).
Identitas Okuni yang bersama-sama tidak sanggup diketahui secara pasti. Tari yang dibawakan Okuni diiringi dengan lagu yang sedang populer. Okuni juga berpakaian mencolok menyerupai pria dan bertingkah laris tidak masuk akal menyerupai orang absurd ("kabukimono") sehingga lahir suatu bentuk kesenian garda depan (avan garde).
Panggung yang digunakan waktu itu yakni panggung Noh. Hanamichi (honhamichi yang ada di sisi kiri penonton dan karihanamichi yang ada di sisi kanan penonton) di gedung teater Kabuki-za kemungkinan merupakan perkembangan dari hashigakari (jalan keluar masuk pemain film Noh yang ada di panggung sisi kiri penonton).
Dalam perkembangannya, Kabuki digolongkan menjadi Kabuki-odori (kabuki tarian) dan Kabuki-geki (kabuki sandiwara).
a. Kabuki-Ordori
Kebuki-ordori dipertunjukkan dari masa Kabuki dari masa Kabuki masih dibawakan Okuni hingga dimasa kepopuleran Wakashu-kabuki. Remaja pria menari diiringi lagu yang sedang terkenal dan konon ada yang disertai dengan akrobat.
Selain itu, Kabuki-odori juga bisa berarti pertunjukan yang lebih banyak tarian dan lagu dibandingkan dengan porsi drama yang ditampilkan.
a. Kabuki-Geki
Kabuki-geki merupakan pertunjukan sandiwara yang ditunjukkan kepada penduduk di zaman Edo dan berintikan sandiwara dan tari. Peraturan yang dikeluarkan Keshogunan Edo yang mewajibkan kelompok Kabuki untuk "habis-habisan memalsukan kyogen" merupakan salah satu alasannya yakni Kabuki bermetamorfosis pertunjukan sandiwara.
Alasannya, Kabuki yang menampilkan tari sebagai atraksi utama dianggap tidak sesuai dengan norma masyarakat, sehingga pemerintah harus menjaga moral rakyat. Tema pertunjukan Kabuki-geki bisa berupa tokoh sejarah, dongeng kehidupan sehari-hari atau kisah kejadian kejahatan. Oleh lantaran itu, Kabuki jenis ini juga dikenal sebagai Kabuki kyogen.
3. Thailand
Sendratari yang berkembang dan sangat terkenal di Thailand yakni Khon. Khon ini merupakan sendratari yang sangat unik. Jika dilihat dari sejarah munculnya, Khon berasal dari sebuah kelompok kerajaan. Sekelompok penghibur kerajaan ini tampil untuk menghibur raja, anggota kerajaan, dan aristokrat di Kerajaan Thailand. Biasanya, dongeng yang dipentaskan yakni dongeng Ramakian (dalam bahasa Indonesia dikenal dengan Ramayana).
Pada awalnya, Khon dimainkan dengan memakai topeng. Topeng ini berhungungan dengan huruf yang diperankannya. Karakter yang terdapat dalam topeng tersebut contohnya taring tumpul melengkung pada wajah (melambangkan usia tua), taring runcing melengkung (melambangkan orang separuh baya), dan taring runcing lurus (melambangkan orang muda).
Dalam perkembangannya, Khon ada yang memakai topeng ada juga yang tidak memakai topeng. Topeng yang digunakan tersebut diganti dengan mahkota (chada). Mahkota dalam Khon sangat bermacam-macam lantaran bekerjasama dengan huruf yang dibawakan. Misalnya, huruf Rahwana yang memakai mahkota yang bertingkat tiga.
4. India
Seperti halnya di Indonesia atau di negara lainnya di Asia, perkembangan teater di India pun sangat pesat. Animo masyarakat dalam mengapresiasi seni, khususnya seni teater sangatlah bagus. Hal ini sanggup dilihat dari menjamurnya banyak sekali jenis teater rakyat di India. Misalnya Nautanki, Khayal, Manch, dan Bhagat.
Karena semakin banyak jenis teater di India, jenis teater di India sanggup diklasifikasikan menjadi dua jenis.
Pertama, drama atau teater Sanskerta yang merupakan jenis teater yang berkembang dilingkungan bangsawan.
Kedua, seni teater yang tumbuh dan berkembang pesat dikalangan rakyat yang sanggup disaksikan dengan biaya yang murah.
Dalam perkembangannya, seni teater di India tumbuh subur. Di sana timbul banyak sekali variasi. Misalnya Nautanki, Khayal, Manch, dan Bhagat muncul sebagai bentuk variasi lain dari Svang. Se;ain svang, terdapat juga jenis teater yang lainnya, yaitu Jatra dan Bhavia.
Sementara itu, jenis teater rakyat yang terkenal di India yakni Burrakhata, Cavitu Natakam, dan Veethi Nataka. Variasi yang berkembang ini merupakan sebuah metamorfosis atau perkembangan seni teater tradisional menjadi modern.
A. Perkembangan Teater Nontradisional Daerah
Teater modern sebagai budaya serapan dari Barat masuk ke Nusantara melalui bangsa Eropa, khususnya Belanda, yang pada dikala itu menguasai banyak sekali sektor kebudayaan masyarakat. Munculnya teater modern ke dalam wilayah budaya Nusantara tidak sekaligus, tetapi secara sedikit demi sedikit melalui bentuk-bentuk pertunjukan kelompok teater profesional.
Menurut catatan sejarah, bentuk teater Eropa yang pertama kali ditampilkan terjadi pada dikala bangsa Indonesia dikuasai oleh Inggris pada tahun 1812. Tahun 1814 gres terdapat bentuk kegiatan teater Barat yang pertama di Batavia ketika tentara Inggris membangun gedung teater yang terbuat dari bambu. Lakon pertama yang dipentaskan pada tahun itu yakni ”The Hair at Law”. Setelah itu, berturut-turut dipentaskan lakon-lakon besar karya William Shakespeare menyerupai “Hamlet, Prince of Denmark”. Masyarakat sekitar gedung tersebut menyebut tempat itu sebagai Gedung Teater Militer Inggris.
Ketika Inggris kalah dari Belanda, gedung teater tersebut kemudian diambil alih oleh bangsa Belanda dan direnovasi dan menjadi cikal bakal perkembangan teater di Hindia Belanda. Perkumpulan teater pertama yang dibuat tahun 1817 dinamakan sebagai Ut Desint. Kelompok ini menjadi kelompok profesional dan menjadi wangsit bagi terbentuknya kelompok-kelompok teater profesional lainnya di Jawa. Gedung teater peninggalan Inggris pun telah diubah pula menjadi gedung teater permanen yang diberi nama Schouwburg atau Comediegebouw, yang dalam bahasa Indonesia berarti Gedung Kesenian. Di gedung inilah kemudian digelar sejumlah pementasan teater standar dengan gaya Eropa, serta menampilkan karya-karya besar dunia menyerupai Othello dan Saudagar dari Venesia yang keduanya karya William Shakespeare. Kelompok teater Ut Desint ini bertahan cukup lama, yakni sekitar 20 tahun. Pada tahun 1882, teater Ut Desint berakhir lantaran sejumlah permasalahan politis serta kontradiksi budaya di kalangan orang-orang Belanda.
Kebangkitan teater modern di Hindia Belanda mulai lagi dengan munculnya kelompok-kelompok teater profesional. Jakob Sumardjo mengemukakan perkembangan teater di Indonesia dalam beberapa periode sebagai berikut.
- Masa Perintisan Teater Modern (1885 – 1925) yang terbagi atas periode:
- Teater Bangsawan (1885 – 1902)
- Teater Stamboel (1891 – 1906)
- Teater Opera (1906 – 1925)
- Masa Kebangkitan Teater Modern (1925 – 1941) yang terbagi atas periode:
- Teater Miss Riboet Orion (1925)
- Teater Opera Dardanella (1926 – 1934)
- Awal Teater Modern Indonesia (1926)
- Masa Perkembangan Teater Modern (1942 – 1970) yang terdiri atas periode:
- Teater Zaman Jepang (1942 – 1945)
- Teater Tahun 1950-an
- Teater Tahun 1960-an
- Masa Pertumbuhan Teater Mutakhir (1970 – 1980-an)
Masa perintisan teater modern yang diawali dengan kemunculan Komidie Bangsawan memberi makna gres bagi perkembangan teater di Indonesia. Tradisi Komidie Bangsawan ini kemudian dilanjutkan dengan berdirinya kelompok Komidie Stamboel yang didirikan oleh August Mahieu, seorang peranakan Indo Perancis kelahiran Surabaya (1860 – 1906). Komidie Stamboel ini terkenal lantaran membawakan cerita-cerita dari Timur Tengah, terutama kisah-kisah yang terdapat dalam Hikayat 1001 Malam. Ketika rombongan ini tinggal di Batavia, mereka mulai menampilkan cerita-cerita orisinil karya penulis-penulis Indo-Belanda dan orang Tionghoa, menyerupai Nyai Dasima, Oey Tam-bah-sia, Si Tjonat, serta sejumlah certa lainnya. Bahkan pada perkembangan berikutnya, kelompok ini mulai pula menggarap drama-drama besar dunia menyerupai Hamlet, Romeo dan Juliet, Carmen, Saudagar dari Venesia, serta beberapa repertoar lainnya.
Komidie Stamboel kemudian bubar pada tahun 1906 sehabis August Mahieu mengundurkan diri ke Bumiayu dan meninggal dunia. Tradisi Komidie Stamboel kemudian dilanjutkan oleh para anggotanya dengan mendirikan kelompok-kelompok sandiwara serupa menyerupai Komidie Opera Stamboel, Opera Permata Stamboel, Wilhelmina, Sinar Bintang Hindia, Indra Bangsawan, dan Opera Bangsawan.
Kebangkitan teater modern Hindia Belanda dimulai dengan munculnya pembaharuan-pembaharuan dalam segi pementasan dan administrasi pementasan. Hal ini dimungkinkan lantaran pemilik-pemilik kelompok teater ini yang semula dari kalangan rakyat jelata atau saudagar, kini menjadi dari kaum terpelajar. Permasalahan yang diangkat ke dalam teater pun semakin bermacam-macam dan menarik. Kelompok teater pertama yang membawa warna ini yakni kelompok Miss Riboet’s Orion yang kemudian didukung oleh seorang penulis naskah hebat, yakni Nyoo Cheong Seng.
Di tengah-tengah kejayaan Orion, muncullah kelompok gres di Sidoarjo yang diberi nama dengan The Malay Opera Dardanella. Kelompok ini didirikan oleh Willy Klimanoff (nama lain dari A. Piedro), seorang peranakan Rusia Putih kelahiran Penang. Repertoar awal yang dibawakan kelompok ini berasal dari film-film yang sedang terkenal menyerupai The Thief of Bagdad, Mask of Zorro, Don O, The Count of Monte Cristo, The Three Musketeers, dan sebagainya. Pemain yang terkenal pada kelompok ini yakni Tan Tjeng Bok (yang sering digelar sebagai Douglas Fairbank form Java), Fifi Young, dan Dewi Dja. Bahkan, Dewi Dja sempat digelari sebagai Miss Riboet II. Popularitas Dardanella ternyata kemudian mengalahkan Orion sehingga pada tahun 1934 kelompok Orion ini bubar. Bahkan, sejumlah pemain film dan aktris dan penulis Orion kemudian bergabung dengan Darnadella. Repertoar yang dibawakan oleh Dardanella pun semakin banyak dan kaya. Bahkan kelompok ini telah mulai menyuguhkan permasalahan-permasalahan yang berat dan mempunyai publik penonton dari kalangan terpelajar. Drama-drama yang sering dipentaskan antara lain Dr. Samsi, Ex-Sawah Loento (karya Andjar Asmara), Biroe Moeda, Mantoe Prijaji, Perantean 99 (karya A. Piedro), R.A. Soemantrie (karya T.D.Tio), serta sejumlah repertoar lainnya.
Pada tahun 1935, kelompok Dardanella mengadakan perjalanan keliling Asia (Tour d’Orient) ke sejumlah negara di Asia. Perjalanan ini kemudian berlanjut ke Eropa. Nasib kelompok Dardanella ini kemudian tidak berlanjut. Willy Klimanoff bersama Dewi Dja kemudian melanjutkan perjalanan ke Amerika Serikat dan menjadi warga negara di sana, sedangkan rombongan lainnya kembali ke Indonesia persis sebelum meletusnya perang dunia kedua.
Perkembangan teater Dardanella ini kemudian merangsang tumbuhnya teater-teater kecil di sejumlah kota di Indonesia. Teater-teater kecil ini merupakan teater amatir yang dikelola dan dimainkan oleh orang-orang yang hanya sekedar menyukai teater. Keadaan ini kemudian berkembang terus, bahkan hingga jauh sehabis Indonesia merdeka.
Pertumbuhan teater modern Indonesia ini sesungguhnya makin diperkokoh pada masa pendudukan Jepang. Pada masa ini para intelektual Indonesia tergabung dalam kelompok Sandiwara Penggemar Maya yang didirikan pada tahun 1944 oleh Usmar Ismail, D. Djajakusuma, Rosihan Anwar, dan Dr. Abu Hanifah. Berdirinya kelompok sandiwara ini menandai bergesernya kelompok teater profesional ke teater amatir yang kemudian banyak berkembang di Indonesia.
Warna dan gaya pementasan teater-teater profesional yang sekian usang berkembang di Indonesia, secara tidak sadar telah mempengaruhi pula bentuk-bentuk pementasan teater tradisional yang tumbuh dan berkembang pada masyarakat. Dari hasil dampak pementasan teater tradisi dan teater modern ini pula kemudian terlahir bentuk-bentuk gres teater modern yang berakar pada budaya kawasan setempat. Kelompok-kelompok sandiwara modern berbahasa kawasan dengan pengelolaan konvensional banyak bermunculan di banyak sekali daerah. Kelompok sandiwara Miss Tjitjih yang sering mengadakan pertunjukan keliling di Jawa Barat dan Jakarta merupakan salah satu pola bentuk teater modern dengan warna kedaerahan.
B. Unsur Estetis Pertunjukan Teater Nontradisional
Karaktristik utama dari pertunjukan teater nontradisi yakni adanya pemisahan yang tegas antara penonton dan tempat pemain. Bentuk pementasan serupa ini merupakan dampak budaya teater Eropa. Pada awal perkembangan teater modern melalui kelompok-kelompok teater Bangsawan dikenal bentuk pentas prosenium yang memisahkan panggung dengan penonton.
Prosenium yakni bingkai pembatas yang membatasi ruang pentas tempat bermain dengan letak penonton. Antara prosenium dan penonton ini sesungguhnya masih terdapat ruang selasar depan layar yang dinamakan dengan apron, serta ruang di bawah panggung tempat para pemain musik yang dinamakan pit.
Aspek kedua dari pertunjukan teater modern yakni adanya naskah yang ditulis terlebih dahulu sebelum melaksanakan pementasan. Naskah ini bukan lagi merupakan garis besar cerita, melainkan telah berbentuk naskah lengkap yang sanggup dihapal dan dipelajari oleh seluruh pemain. Adanya naskah lengkap ini dalam pementasan membuat aspek-aspek dramaturgi menjadi lebih terjaga serta pertunjukan lebih sanggup dipertanggungjawabkan.
Hal ketiga yang ada pada pementasan teater modern yakni hilangnya pengisian hiburan dalam bentuk nyanyian dan tarian pada jeda pergantian babak. Perpindahan antara babak yang satu ke babak yang lain berlangsung cepat dan tidak banyak memakan waktu sehingga pementasan hingga menjelang pagi sanggup dihindari. Di samping itu, kelompok musik yang ada pada sebuah kelompok teater semata-mata berfungsi sebagai pemberi imbas suasana dalam pementasan teater dan bukan untuk keperluan lain.
Penataan lampu, penataan rias, penataan busana, serta penataan pentas (setting) telah diolah sedemikian rupa sehingga tidak terlalu besar dan berlebihan. Kesederhanaan pementasan teater amatir ini dianggap masuk akal mengingat tujuan utama kelompok-kelompok teater amatir ini yakni mencapai kepuasan batin dan bukan mencari popularitas dan komersial.
C. Pesan Moral (Kearifan Lokal) dalam Pertunjukan Teater Nontradisional
Kearifan budaya biasanya selalu terkandung dalam setiap karya seni kawasan maupun karya seni modern. Nilai-nilai yang dibawa oleh karya seni ini sering berupa simbol yang memerlukan penafsiran lebih lanjut. Tidak jarang nilai-nilai kearifan budaya ini bersifat universal dan relevan dengan banyak sekali situasi zaman.
Kearifan budaya dalam karya seni sering menyangkut duduk kasus moral dan nilai-nilai kemanusiaan. Mengapa demikian? Moralitas dan nilai kemanusiaan selalu bersifat universal. Bahasa seni yang universal itu sendiri sesungguhnya mengusung nilai-nilai moralitas dan kemanusiaan di atas segala-galanya. Pertunjukan seni dengan banyak sekali unsur estetika yang terdapat di dalamnya sesungguhnya hanya merupakan alat belaka untuk memberikan gagasan. Esensi atau intisari sebuah karya seni yakni nilai seni itu sendiri yang diukur dari sisi kearifan budaya.
Marilah kita lihat sebuah pola yang universal perihal posisi Karna dalam kisah Mahabharata. Karna yakni anak tertua Kunti Nalibrata, sekaligus kakak tertua dari pada Pandawa. Sejak kecil, Karna telah dibuang oleh ibunya lantaran malu melahirkan anak tanpa diketahui ayahnya, meskipun sejarah mencatat Karna sebagai putra Dewa Surya. Sejak kecil Karna dipelihara oleh keluarga istana melalui kusir Adirata. Bahkan, sehabis besar Karna diberi kedudukan sebagai Adipati oleh Kurawa yang secara teknis yakni musuh Pandawa.
Menjelang perang Bharatayudha, Karna diberitahu perihal keadaan dirinya yang sebenarnya. Tidak kurang dari Sri Krishna yang titisan Wishnu membujuk Karna untuk bergabung dengan adik-adiknya, para Pandawa. Karna menolak meskipun secara nrimo ia sangat menyayangi adik-adiknya dan membenarkan tindakan mereka. Karna tetap berjuang di pihak Kurawa dan gugur sebagai hero di tangan adik kandungnya sendiri, Arjuna. Permasalahan yang timbul, mengapa Karna tetap membela Kurawa yang ia ketahui sangatlah jahat dan tidak berhak dibela? Mengapa pula ia harus bertempur melawan adik-adiknya sendiri para Pandawa yang diakui sangat ia hormati dan ia cintai? Permasalahan Karna yakni permasalahan moral. Ia diangkat dan dibesarkan derajatnya oleh Kurawa. Ia harus membalas budi baik mereka terhadap dirinya atau dirinya akan dihantui rasa sesal sepanjang hidupnya jikalau harus bergabung dengan Pandawa yang ia yakini niscaya akan menang. Permasalahan yang sama juga terjadi pada diri Kumbakarna yang lantaran kecintaannya kepada tanah airnya harus berjuang melawan Rama dan membela kakaknya, Rahwana, yang ia tahu sangat angkara murka.
Teater-teater modern membawa pesan-pesan moral yang sangat beragam. Keberagaman ini sangat ditentukan oleh naskah yang dipilih untuk dipentaskan, interpretasi sutradara, serta pengolahan yang dilakukan selama berlangsungnya latihan. Naskah yang mengandung pesan moral baik sering tidak sanggup tersampaikan lantaran kesalahan interpretasi sutradara serta pengolahan yang tidak maksimal. Oleh lantaran itu, kemampuan interpretasi sutradara sangat memilih keberhasilan sebuah pementasan sehingga pesan-pesan yang terkandung dalam dongeng sanggup tersampaikan melalui pementasan yang baik.
Mengeksplorasi teknik olah tubuh pikiran dan bunyi dalam teater
Didalam sebuah pementasan drama atau teater, semoga sanggup mempunyai kualitas yang bisa diandalkan maka seluruh pemeran yang memerankan kiprahnya masing-masing harus melaksanakan kegiatan guna mendapatkan pengalaman-pengalaman yang gres didalam mengolah tubuh, mengolah pikir dan juga mengolah suara.
Mengenai eksplorasi olah tubuh, olah pikir dan olah bunyi sanggup diuraikan sebagai berikut :
#1. Latihan teknik olah tubuh
Olah tubuh yakni suatu cara didalam menguasai bagian-bagian tubuh secara keseluruhan yang digunakan oleh seorang pemeran untuk menunjang dirinya dalam mem-perankan sebuah tokoh yang akan dimainkan olehnya semoga terciptanya kiprah pemain yang maksimal.
Guna memperoleh pencapaian yang maksimal didalam mengolah dan mengeksplorasi tubuh pada pementasan drama atau teater, maka sanggup melaksanakan beberapa latihan-latihan yang diantaranya sebagai berikut dibawah ini
→ Pernapasan.
→ Konsentrasi dengan gerak.
→ Perasaan dengan gerak.
→ Menggerakkan otot.
→ Gerak yang tidak biasa.
→ Menguasai suatu ruang.
#2. Latihan teknik vokal
Vokal yakni salah satu teknik dalam eksplorasi tubuh yang berkaitan dengan pengucapan atau suara, sehingga pada dikala mengucapkan obrolan didalam pentas teater atau drama akan terdengar sangat jelas. Oleh lantaran itu dengan penguasaan vokal tersebut maka pemeran sanggup bisa secara maksimal dalam mengekspresikan tabiat yang diperankannya dalam pentas drama atau teater.
Adapun beberapa hal pokok yang dibutuhkan didalam mengolah vokal (pengucapan atau suara) yakni antara lain sebagai berikut :
→ Latihan pernapasan.
→ Irama.
→ Imajinasi vokal.
→ Membuka mulut.
→ Menyampaikan ucapan.
#3. Latihan teknik olah pikir
Dibawah ini terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan didalam mengolah pikiran yakni antara lain sebagai berikut :
→ Penciuman atau mencicipi suatu aroma.
→ Me-raba atau mencicipi sesuatu.
→ Mendengar atau mencicipi lewat pendengaran.
#4. Pengguasaan perasaan dan laku
Dibawah ini terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan didalam penguasaan perasaan yakni antara lain sebagai berikut :
→ Pemusatan pikiran dan memfokuskannya dengan cara konsentrasi.
→ Pengenalan terhadap lapangan dan tempat atau observasi.
→ Daya khayal atau imajinasi.
→ Menguasai perasaan atau emosi dan perasaan.
→ Menguasai daya pikir atau pikiran.
Merancang Karya Teater Kreatif dari Teater Tradisional
Karena teater ini sanggup dikatakan sebuah kreativitas yang memadukan semua jenis teater, yaitu teater tradisional dan teater modern, baik dari kawasan setempat, Nusantara, ataupun mancanegara.
Perpaduan hal tersebut akan memunculkan sebuah keunikan tersendiri dan akan menjadi ciri khas teater yang akan dipentaskan. Memang hal ini tidak akan terlalu gampang bagi pemain teater pemula. Akan tetapi, dengan semangat dan rasa keingintahuan serta eksplorasi setiap talenta yang ada dalam diri akan memunculkan sebuah prestasi yang maksimal.
Perpaduan hal tersebut akan memunculkan sebuah keunikan tersendiri dan akan menjadi ciri khas teater yang akan dipentaskan. Memang hal ini tidak akan terlalu gampang bagi pemain teater pemula. Akan tetapi, dengan semangat dan rasa keingintahuan serta eksplorasi setiap talenta yang ada dalam diri akan memunculkan sebuah prestasi yang maksimal.
1. Unsur-Unsur Pertunjukan Teater
Dalam mementaskan sebuah pertunjukan teater (drama) setidaknya terdapat beberapa unsur yang perlu kau pahami, yaitu naskah drama, sutradara, pemeran, panggung, perlengkapan panggung (cahaya, rias, bunyi, pakaian), dan penonton.
a. Naskah Drama
Naskah drama merupakan materi pokok pementasan. Secara garis besar naskah drama sanggup terbentuk bencana (tentang kesedihan dan kemalangan), dan komedi (tentang banyolan dan tingkah laris konyol). Penyajiannya secara realis (mendekati kenyataan yang bersama-sama dalam pementasan, baik dalam bahasa, pakaian, dan tata panggungnya, serta secara simbolik) dalam pementasannya tidak perlu menyerupai apa yang sedang terjadi dalam realitas.
b. Sutradara
Sutradara inilah yang bertugas mengoordinasikan kemudian lintas pementasan semoga pementasannya berhasil. Tugas sutradara yakni membuat atau mencari naskah drama, mencari pemeran, kerabat kerja, penyandang dana (produsen), dan sanggup menyikapi calon penonton.
c. Pemeran
Pemeran inilah yang harus menafsirkan perwatakan tokoh yang diperankannya. Memang sutradaralah yang menentukannya. Namun, tanpa kepiawaian dalam memerankan tokoh, konsep kiprah yang telah digariskan sutradara berdasarkan naskah, hasilnya akan sia-sia belaka.
d. Panggung
Secara garis besar, variasi panggung sanggup dibedakan menjadi dua kategori. Pertama, panggung yang dipergunakan sebagai pertunjukan sepenuhnya, sehingga semua penonton sanggup mengamati pementasan secara keseluruhan dari luar panggung. Kedua, panggung berbentuk arena yaitu panggung yang memungkinkan pemain berada di sekitar penonton.
e. Perlengkapan Panggung
Perlengkapan panggung mencakup beberapa unsur diantaranya yakni sebagai berikut:
Cahaya, Cahaya atau lighting diharapkan untuk memperjelas penglihatan penonton terhadap mimik pemeran. Dengan demikian penciptaan suasana sedih, murung atau gembira, sanggup tercapai. Selain itu, cahaya sanggup mendukung keartistikan set yang dibangun di panggung.
Bunyi (Sound Effect), Bunyi sanggup diusahakan secara eksklusif (orkestra, band, gamelan, dan sebagainya), tetapi juga sanggup lewat perekaman yang jauh hari sudah disiapkan oleh awak pentas yang bertanggungjawab mengurusnya.
Pakaian, Pakaian sering disebut kostum (costume). Kostum adakah pakaian yang dikenakan para pemain untuk membantu pemeran dalam menampilkan perwatakan tokoh yang diperankannya.
Rias, Semua itu diusahakan untuk membantu para pemeran dalam membawakan perwatakan tokoh sesuai dengan yang diinginkan naskah dan tafsiran sutradara. Inilah fungsi dari tata rias dalam pementasan teater.
f. Penonton
Tujuan suatu pementasan lakon yakni penonton. Respons penonton atas lakon akan menjadi suatu respons yang melingkar antara penonton dengan pementasan. Penonton dalam pementasan teater merupakan suatu komposisi organisme kemanusiaan yang peka. Mereka pergi menonton lantaran ingin memperoleh kepuasan, kebutuhan, atau untuk digetarkan hatinya lantaran terharu akhir hasrat ingin menonton.
2. Pertunjukan Teater
Dalam penyelenggaraan pementasan teater terdapat tahapan utama yaitu tahap persiapan, latihan, dan pelaksanaan.
a. Tahap Persiapan Pertunjukan
Pada umumnya, prinsip-prinsip sebuah pertunjukan mempunyai langkah-langkah sebagai berikut.
Perencanaan Pertunjukan, Perencanaan sebaiknya dilakukan secara lebih cermat dan detail. Rencana-rencana itu sebaiknya ditulis. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perencanaan yakni penentuan tema, planning kegiatan, penyusunan acara kegiatan, dan penentuan tempat pertunjukan.
Pengelolaan Kegiatan Pertunjukan, Mengorganisasi kegiatan pertunjukan yakni melaksanakan kegiatan pengelolaan sumber daya insan berdasarkan struktur organisasi. Di dalam struktur tersebut terdapat pembagian kiprah yang terperinci sesuai dengan kedudukan dan fungsinya.
Tahap Pelaksanaan, Dalam tahap ini, kedua tim yang telah dibuat bekerja berdasarkan kiprah dan kiprahnya masing-masing. Tim penyelenggara bertugas untuk melaksanakan "acara" pementasan, sedangkan tim pementasan bertugas menyajikan karya seni (drama) untuk ditonton.
b. Latihan Pertunjukan
Seorang pemain film tidak eksklusif begitu saja memainkan perannya. Kepiawaian seorang pemain film ketika bermain kiprah merupakan hasil maksimal dari beberapa latihan yang dilakukannya. Ketika berlatih, seorang pemain harus selalu menjaga suasana dengan gembira, semangat yang maksimal, kesungguhan dan kemauan untuk bekerja sama dengan pemain atau kru lainnya.
c. Tahap Pelaksanaan Pertunjukan Teater
Setelah semua tahap di atas selesai, pertunjukan teater pun sanggup digelar. Hal yang harus diingat, buatlah sebuah gladi higienis terlebih dahulu. Gladi higienis merupakan persiapan terakhir untuk menuju sebuah pementasan. Tujuan dari tahap ini yakni sebagai simulasi pada hari-H semoga seluruh panitia yang terlibat siap untuk menghadapi kendala-kendala yang mungkin akan terjadi dikala melaksanakan sebuah pementasan.